Rupiah Amblas, BI Diproyeksi Intervensi Lewat Suku Bunga

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Selasa, 08 Mei 2018 18:57 WIB
Bank Indonesia (BI) diperkirakan segera merespons pelemahan nilai tukar rupiah dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan.
Bank Indonesia (BI) diperkirakan segera merespons pelemahan nilai tukar rupiah hingga Rp14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) diperkirakan segera merespons pelemahan nilai tukar rupiah hingga Rp14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan depan.

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksi BI segera meningkatkan level 7DRRR guna menjaga kurs rupiah. Pasalnya, efek kenaikan suku bunga dianggap jauh lebih besar dibandingkan hanya mengintervensi dengan cadangan devisa (cadev) seperti yang akhir-akhir ini dilakukan.

"Karena dampaknya jauh lebih besar, terutama ke pasar. Ini adalah market based policy, dampaknya memberi kepercayaan kepada pasar," ujar Andry kepada CNNIndonesia.com, Selasa (8/5).

Lebih lanjut, ia memperkirakan, penyesuaian 7DRRR tersebut akan dilakukan BI dengan mengerek suku bunga acuan sekitar 25-50 basis poin (bps). Menurutnya, kisaran ini cukup untuk memberi keyakinan kepada pasar, namun tidak cukup tinggi yang justru bisa menimbulkan kejutan di pasar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih cukup aman jika BI ingin menaikkan suku bunga acuan bulan ini. Terlebih, ekspektasi pasar terhadap inflasi juga masih rendah. Kebijakan itu dinilai akan mendorong stabilisasi rupiah.

"Ekspektasi inflasi 2018 masih rendah karena pemerintah terus menjaga harga yang diatur oleh pemerintah. Kalau tahun depan, ekspektasinya sudah ke inflasi yang lebih tinggi karena memang ada tekanan yang terus berlanjut dari global," katanya.

Sementara itu, dia menilai pengunaan cadev untuk intervensi sudah cukup besar. Cadev seharusnya disimpan sebagai amunisi menghadapi tekanan rupiah yang diperkirakan masih akan terus terjadi hingga akhir tahun.

Hal ini lantaran ekspektasi pasar sudah meyakini adanya rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve sekitar tiga hingga empat kali pada tahun ini.

"Bahkan ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate bukan hanya sampai tahun ini, bahkan sampai 2020. Ditambah juga dengan ekspektasi terhadap US Treasury, sehingga tekanannya masih banyak ke depan," terangnya.

Dari sisi pelaku perbankan, Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahjarijadi juga menilai BI kemungkinan melakukan intervensi rupiah secara langsung dengan menyesuaikan tingkat suku bunga acuan. "Bisa saja dalam RDG minggu depan, suku bunga acuan disesuaikan," ucapnya.

Terkait potensi BI akan menggunakan cadev dalam pekan ini untuk menstabilkan rupiah, ia melihat, BI tentu telah mempertimbangkan langkah tersebut. "Strategi BI tentu disesuaikan dengan data ekonomi lainnya dan selalu ada di pasar," pungkasnya. (lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER