BPS: Neraca Dagang April 2018 Defisit US$1,63 Miliar
Dinda Audriene Muthmainah | CNN Indonesia
Selasa, 15 Mei 2018 11:52 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengumumkan neraca perdagangan April 2018. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdaganganApril 2018 defisit sebesar US$1,63 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dengan posisi Maret 2018 yang surplus sebesar US$1,09 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan neraca perdagangan yang defisit disebabkan oleh jumlah impor yang naik signifikan sebesar 11,28 persen menjadi US$16,09 miliar dibandingkan dengan Maret 2018 yang hanya US$14,46 miliar.
"Kenaikan impor ini baik dari sisi migas dan non migas, terutama barang konsumsi tapi itu wajar karena jelang bulan puasa ya," ucap Suhariyanto, Selasa (15/5).
Ia merinci, untuk impor barang konsumsi mencapai US$1,51 miliar atau naik 25,86 persen dibandingkan Maret 2018. Kemudian, impor dari bahan baku atau penolong dan barang modal masing-masing naik 10,73 persen dan 6,59 persen secara bulanan (month to month/mom).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi secara kontribusi barang konsumsi sebenarnya kecil hanya 9,39 persen, paling banyak masih dari bahan baku atau penolong sebesar 74,32 persen dan barang modal sebesar 16,29 persen," papar Suhariyanto.
Kendati jumlah impor lebih tinggi dari ekspor, Suhariyanto menilai kenaikan impor dari bahan baku atau penolong dan barang modal akan lebih menggerakkan industri dalam negeri dan kegiatan ekspansi perusahaan.
Sementara itu, jumlah ekspor pada April 2018 turun 7,19 persen menjadi US$14,47 miliar dibandingkan dengan Maret 2018 yang mencapai US$15,59 miliar. Penurunan itu terjadi baik dari ekspor migas dan nonmigas.
"Untuk migas sendiri turun 11,32 persen secara bulanan menjadi US$1,19 miliar," terang Suhariyanto.
Namun, khusus untuk non migas terdiri dari ekspor industri pengolahan yang turun 4,83 persen, pertambangan turun 16,03 persen, sedangkan pertanian naik 6,11 persen.
"Ekspor non migas menyumbang nilai ekspor mencapai 91,8 persen," imbuh Suhariyanto.