Jakarta, CNN Indonesia --
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan tren
bunga simpanan rupiah berpotensi naik pada kuartal kedua, setelah bergerak cenderung melandai di kuartal pertama 2018. Namun, hingga April 2018, rata-rata suku bunga
benchmark LPS baru turun satu bps menjadi 5,38 persen
Kepala Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan LPS Dody Arifianto menjelaskan meningkatnya gejolak di pasar uang dan kemungkinan suku
bunga acuan BI naik mendorong suku bunga simpanan, meski kondisi likuiditas rupiah masih relatif memadai.
"Tren bunga simpanan rupiah berpotensi naik setelah bergerak melandai di kuartal I 2018. Di sisi lain, suku bunga simpanan valas (valuta asing) diperkirakan akan terus naik sebagai dampak kenaikan suku bunga global," ujar Dody dalam Laporan Indikator Likuiditas LPS, dikutip Kamis (17/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dody, konsensus ekonom terbaru sesuai hasil survei
Bloomberg menunjukkan kenaikan lanjutan Bunga AS sebanyak 75 bps hingga akhir tahun ini. Bunga acuan AS ini selanjutnya akan naik 50 bps pada tahun 2019. Sedangkan Bank Sentral Eropa diprediksi belum akan menaikkan bunga acuannya setidaknya hingga kuartal ketiga 2020.
Seiring itu, Bank Indonesia membuka ruang suku bunga acuannya naik jika terdapat tekanan nilai tukar yang berpotensi menghambat pencapaian sasaran inflasi dan mengganggu stabilitas sistem keuangan.
"Oleh karena itu, arah JIBOR
(Jakarta Interbank Offered Rate) akan cenderung naik seiring antisipasi atas perubahan bunga acuan dan kebutuhan likuiditas," terang dia.
Gejolak di pasar keuangan dan kemungkinan suku bunga acuan BI naik diperkirakan akan mempengaruhi bank dalam menentukan tingkat bunga dan berpotensi berdampak pada pola pertumbuhan DPK dan kredit.
Namun, LPS masih memperkirakan pertumbuhan kredit bakal membaik pada kuartal II 2018. Pertumbuhan kredit akan ditopang permintaan modal kerja dan konsumsi pada periode Lebaran.
(agi/lav)