Jakarta, CNN Indonesia -- Staf Khusus
Presiden Joko Widodo bidang Ekonomi Ahmad Erani menilai
pelemahan nilai tukar rupiah saat ini masih lebih baik dibandingkan mata uang di banyak negara lainnya. Rupiah beberapa hari lalu sempat tembus Rp14.213 per dolar Amerika Serikat.
Erani mengatakan pelemahan Indonesia sekitar 3,7 persen. Sementara, nilai tukar mata uang Argentina melemah 23 persen, Turki 14 persen, dan Brazil hampir 10 persen.
Hal serupa terjadi di India, negara yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi dari Indonesia. Pelemahan nilai tukar rupee mencapai 5,8 persen.
"Mitigasinya dibandingkan negara lain jauh lebih berjalan. Sehingga, Indonesia tidak perlu memakai sabuk pengaman," ujarnya di Gedung Sekretariat Negara, Kamis (24/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini, kata Erani, terjadi karena Indonesia memiliki instrumen stabilisasi ekonomi lebih baik daripada sejumlah negara tersebut.
Sebelumnya, hal serupa disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo. Ia menyebut indikator fundamental ekonomi domestik masih terjaga.
Salah satunya terlihat dari inflasi yang mendekati sasaran bawah Bank Sentral dalam rentang 2,5-4,5 persen, defisit APBN yang terjaga, serta pergerakan defisit transaksi di bawah tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Oleh sebab itu, Erani mengimbau masyarakat harus melihat pelemahan nilai tukar rupiah dari dua sisi. Menurutnya, meski pelemahan rupiah merugikan sejumlah pihak, tetapi kondisi saat ini bisa mendorong ekspor.
"Depresiasi rupiah menyebabkan daya saing Indonesia menjadi lebih bagus di pasar internasional. Nanti lihat neracanya sejauh mana dampak depresiasinya," kata mantan Inspektur Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi ini.
(bir)