Pengusaha RI-India Sepakati Kemitraan Manufaktur dan Tambang

Christine Novita Nababan | CNN Indonesia
Rabu, 30 Mei 2018 12:25 WIB
Pelaku usaha RI-India menyepakati kemitraan empat sektor, yaitu manufaktur, tambang, farmasi, dan infrastruktur dalam CEO Forum RI-India.
Ilustrasi pabrik. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan Confederation Industry of India (CII) menyepakati kemitraan di bidang manufaktur dan tambang. Perwakilan organisasi keduanya melapor ke Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri India Narendra Modi sebagai hasil CEO Forum RI-India.

Selain manufaktur dan tambang, pengusaha kedua negara juga berjabat tangan untuk kemitraan sektor farmasi dan infrastruktur. "Kami sepakat fokus di empat sektor untuk peningkatan kemitraan bisnis dari 6 sektor sebelumnya," ujar Ketua Umum Kadin Rosan P Roeslani, dilansir Antara, Rabu (30/5).

Ia menjelaskan CEO Forum merupakan pertemuan kedua setelah 2016 lalu dan merupakan tindak lanjut dari kemitraan strategis kedua negara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diketahui, Indonesia merupakan eksportir batu bara terbesar kedua India, setelah Australia.


Berdasarkan data International Trade Center 2016, impor batu bara dari Indonesia (batu bara, briket, ovoid, dan bahan bakar padat yang dibuat dari batu bara) mencapai US$3,3 miliar. Jumlah itu naik menjadi US$4,7 miliar di 2017.

India merupakan tujuan ekspor utama untuk batu bara. Dengan kebutuhan industri domestik India yang terus meningkat, diharapkan porsi ekspor batu bara dari Indonesia semakin besar.

"Mereka juga tidak segan untuk melakukan investasi di Indonesia untuk sektor ini," kata Rosan.

Sebaliknya, pengusaha Indonesia juga mungkin untuk berinvestasi di India, terutama di sektor farmasi. Soalnya, produk obat-obatan RI dikenakan tarif impor cukup tinggi, yaitu sekitar 40 persen. Alhasil, obat-obatan Indonesia tidak kompetitif untuk dijual di India.


"Namun tantangannya adalah menemukan mitra usaha yang tepat. Oleh karena itu, dialog ini sangat penting untuk menyamakan persepsi atas berbagai tantangan yang masih ada," terang dia.

Selain menghasilkan rekomendasi berupa sektor-sektor kunci untuk kemitraan bisnis, organisasi bisnis kedua negara itu juga melakukan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama guna mempererat hubungan keduanya.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W Kamdani mengatakan kerja sama kedua organisasi itu penting untuk peningkatan hubungan bisnis dan komunikasi bilateral yang dilakukan pemerintah kedua negara.

"Selain itu, dengan target total perdagangan dan investasi 50:50 sebesar US$50 miliar pada 2025, kami harus mampu memaksimalkan semua kerangka kerja sama yang ada," jelasnya.


Shinta mengungkapkan dalam nota kesepahaman yang ditandatangani, disepakati bahwa kedua organisasi yang menaungi para pengusaha India dan Indonesia akan berbagi informasi terkait isu ekonomi, perdagangan, sektor spesifik (manufaktur, infrastruktur, pertambangan dan farmasi).

Indonesia memiliki arti penting bagi ekonomi India karena merupakan mitra dagang terbesar mereka di ASEAN.

Untuk investasi, India juga sangat penting bagi Indonesia dengan mencatat kenaikan yang sangat signifikan pada 2017, lebih dari lima kali lipat dibanding tahun sebelumnya dari US$55 juta menjadi US$286,6 juta.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2017, neraca perdagangan Indonesia-India mengalami kenaikan sekitar 28,7 persen dengan total ekspor US$14,08 miliar dan impor US$4,05 miliar.


Namun, neraca perdagangan Indonesia dan India periode Januari sampai dengan Maret melorot sekitar 3,06 persen, yakni dari US$4,46 miliar pada 2017 menjadi US$4,33 miliar. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER