Rupiah Mahal, Pengusaha Pangkas Volume Produk Demi Untung

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Selasa, 05 Jun 2018 12:01 WIB
Kalangan pengusaha lebih memilih mengurangi ukuran produk ketimbang mengerek harga jual untuk mempertahankan keuntungan, di tengah pelemahan nilai tukar rupiah.
Ilustrasi makanan kemasan di pasar swalayan. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kalangan pengusaha menyatakan telah mendapatkan cara untuk menyiasati pelemahan nilai tukar rupiah agar tidak berdampak pada kinerja perusahaan mereka. Cara yang ditempuh, bukan menaikkan harga jual produk, tapi  mengurangi ukuran  agar keuntungannya bisa dipertahankan.

Ambil contoh untuk produk mie instan. Bila sebelum pelemahan rupiah terjadi, volumenya 85 gram, setelah pelemahan volume akan dikurangi menjadi 75-80 gram. Namun, harga jual untuk satu bungkus mie instan itu tetap sama.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan pengurangan ukuran ini dilakukan agar daya beli masyarakat tidak menurun. Selain itu agar pertumbuhan penjualan tetap bisa dinikmati oleh para pengusaha.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kami efisiensi, misalnya menurunkan ukuran kemasan. Itu harus dilakukan supaya harga tidak naik," ujar Adhi di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (4/6).

Selain mengurangi ukuran produk, opsi lain adalah dengan mengurangi penggunaan bahan baku impor. Maklum saja, industri makanan minuman saat ini masih menggunakan banyak bahan baku impor, seperti; gula, garam, tepung dan susu. 

Mereka juga mengimpor plastik sebagai bahan baku pendukung kegiatan produksi. Pelemahan nilai tukar rupiah belakangan ini otomatis mengerek harga bahan baku tersebut. 


"Beban bahan baku impor industri ini tinggi, misalnya sampai 70 persen, dengan adanya pelemahan rupiah pengaruhnya otomatis bertambah," terangnya.

Opsi selanjutnya, dengan efisiensi biaya operasional, misalnya melalui penggunaan listrik hingga mesin-mesin. Terakhir, melakukan negosiasi tarif impor dan ekspor ke negara-negara mitra dagang agar mendapat kesepakatan harga yang lebih murah, sehingga bisa mengurangi beban harga produk ketika dipasarkan.

Adhi mengatakan jika langkah yang diambil tersebut nantinya gagal,  pengusaha baru akan mengambil opsi; mengerek harga jual produk ke konsumen. Adhi memproyeksi kenaikan baru akan terjadi pada paruh kedua tahun ini.

"Karena setelah Lebaran baru kami evaluasi, apakah bisa bertahan atau tidak kalau rupiah terus menerus melemah. Jadi kenaikan harga adalah upaya terakhir," katanya.


Senada, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan bahwa kenaikan harga produk akan diupayakan pengusaha agar tidak terjadi diupayakan tak terjadi.

Namun menurutnya, penahanan kenaikan harga bisa dilakukan dengan mengurangi keuntungan margin pengusaha. Menurutnya, hal ini lebih baik ketimbang daya beli masyarakat melemah dan mengurangi penjualan di saat rupiah masih di zona pelemahan.

"Kami bisa menaikkan harga kalau ada permintaan. Kalau tidak, ya tidak bisa, lebih baik margin kami kurangi," pungkasnya. (lav/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER