Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) mencatat realisasi Bahan Bakar Minyak
(BBM) jenis Solar bersubsidi hingga Mei 2018 mencapai 5,85 juta kiloliter (kl). Realisasi ini 10 persen lebih rendah dari alokasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.
"Apabila komoditi bersubsidi mengalami penghematan dan kebutuhan masyarakat atas komoditi tersebut tercukupi serta komoditinya juga tersedia, itu artinya positif," ujar Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (14/6).
Agung mengungkapkan alokasi solar dalam APBN 2018 mencapai 15,6 juta kl setahun atau rata-rata sekitar 6,5 juta KL untuk lima bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, realisasi solar bersubsidi tahun lalu mencapai 14,51 juta kl atau rata-rata 1,2 juta kl per bulan atau 6,05 juta kl untuk lima bulan.
"Artinya, realisasi lima bulan pertama 2018 sebesar 5,85 juta kl tersebut juga masih lebih rendah dari rata-rata lima bulan pada tahun lalu yang sebesar 6,05 juta kl," ujar Agung.
Konsumsi hingga Mei 2018 tersebut belum termasuk periode Idul Fitri yang umumnya memiliki tren meningkat. Namun, Agung berharap realisasi penyaluran Solar bersubsidi tahun ini normal dan tetap tidak melebihi alokasi.
Lebih lanjut, Pemerintah terus menjamin pasokan BBM bersubsidi, termasuk solar, tersedia di seluruh Indonesia pada periode Idul Fitri 2018.
Agung berkata kondisi stok BBM selama periode Idul Fitri dalam kondisi normal. Ketahanan stok per 12 Juni 2018 untuk beberapa jenis BBM antara lain solar 20 hari, premium 21 hari, Pertalite 23 hari, dan Pertamax 30 hari.
(wis/agt)