Jakarta, CNN Indonesia -- Industri perbankan nasional siap mengerek tingkat
suku bunga kredit mereka usai Bank Sentral Amerika,
The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) menjadi 1,75 persen sampai 2 persen.
Mereka meyakini kebijakan Fed tersebut akan diikuti oleh BI. BI mereka perkirakan akan kembali mengerek suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 25 basis poin pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 27-28 Juni mendatang.
Iman Nugroho Soeko, Direktur Keuangan dan Treasury PT Bank Tabungan Negara (Persero) mengatakan untuk banknya, kenaikan bunga kredit akan dilakukan antara 0,5 persen sampai 0,75 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kenaikan dilakukan untuk menyesuaikan jarak antara bunga acuan dan kredit. Iman mengatakan sektor yang akan mendapat kenaikan bunga kredit awal kemungkinan konstruksi dan segmen kredit pemilikan rumah (KPR).
"Kenaikan suku bunga BI sudah dilakukan dua kali. Itu belum direspond bank, kalau kenaikan dilakukan untuk ketiga kalinya, tentu perlu direspon dengan kenaikan sekaligus," katanya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (14/6).
Meskipun akan menaikkan bunga kredit, Iman mengatakan bisa saja kenaikan sebesar 0,5 persen sampai 0,75 persen tidak dilakukan secara langsung alias bertahap.
Syaratnya, BI memberikan insentif berupa relaksasi aturan soal ketentuan cadangan kas bank di BI atau yang biasa dikenal dengan giro wajib minimum (GMW).
"Kalau BI secara bersamaan lakukan pelonggaran GWM, mungkin (bunga kredit) bisa cukup dinaikkan 25-50 bps. Toh, karena ekonomi sebenarnya tidak overheating dan ada pengetatan likuiditas,"katanya.
Fed memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga mereka. Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan kenaikan suku bunga acuan mengindikasikan perekonomian AS yang semakin baik. Tingkat pengangguran tercatat hanya 3,8 persen, terendah sejak 2000.
Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk atau BCA mengatakan kenaikan suku bunga Fed tersebut memang perlu diikuti BI. Bank sentral tersebut perlu menaikkan suku bunga mereka.
Kalau kebijakan tersebut tidak ditempuh dia khawatir rupiah bisa terancam. Walau bilang BI perlu menyesuaikan diri dengan kebijakan Fed, Jahja belum mau mengatakan kebijakan yang akan diambil BCA.
Dia belum mau memberikan bocoran apakah BCA akan melakukan penyesuaian bunga kredit mereka.
BCA masih membutuhkan waktu untuk menghitung kecukupan sumber dana dan biaya dana yang mereka miliki. Jahja mengatakan bila nantinya kenaikan bunga kredit tidak bisa dihindari BCA kenaikan tidak akan diberlakukan secara merata ke semua sektor dan segmen kredit.
(agt)