Jakarta, CNN Indonesia --
Perang dagang antara Amerika Serikat dan
China terjadi di saat yang tidak menyenangkan bagi ekonomi Negeri Tirai Bambu.
Dalam beberapa pekan terakhir, muncul kekhawatiran pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tak secepat yang diperkirakan sebelumnya. Pelemahan pertumbuhan China akan berdampak pada mitra dagang besar, seperti Amerika Serikat dan Eropa, terutama untuk perusahaan global yang berbisnis di negeri tersebut
Celakanya, perang dagang dengan AS semakin memperburuk keadaan. Kedua belah pihak mengumumkan tarif hingga US$50 miliar pada produk impor masing-masing negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Presiden AS Donald Trump bahkan menaikkan level tarif dengan ancaman beban bea masuk pada setidaknya US$200 miliar barang China.
"Sengketa perdagangan bertambah saat keraguan atas gambaran ekonomi domestik meningkat," ujar Mark Williams, Kepala Ekonom Asia di perusahaan riset Capital Economics seperti dikutip dari
CNN.com, Senin (25/6).
Ekonomi China tumbuh kuat mencapai 6,9 persen tahun lalu. Kondisi itu berlanjut hingga awal tahun ini, tetapi banyak ekonom skeptis pertumbuhan akan bertahan, karena tanda-tanda perlambatan mulai muncul.
Data ekonomi bulan lalu menunjukkan seluruh indikator ekonomi, seperti ekspor, investasi oleh perusahaan dan belanja konsumen menurun dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.
"Angka-angka menunjukkan, terus menunjukkan perlambatan, kami memperkirakan hal ini terus berlanjut," tutur Kepala Ekonomi Asia Oxford Economics Louis Kuijs.
Dia memprediksi ekonomi China tumbuh 6,4 persen tahun ini atau sedikit di bawah target pertumbuhan pemerintah China, yakni 6,5 persen. Beberapa analis berulang kali mempertanyakan keakuratan data resmi ekonomi tersebut.
Pertarungan dagang yang mendalam dengan Negeri Paman Sam kemungkinan akan berdampak pada kondisi pertumbuhan ekonomi China.
Kepala Ekonom Kawasan China JPMorgan Haibin Zhu memperkirakan bahwa penggelembungan tarif AS terhadap ekspor China dapat memotong sekitar 0,1-0,5 persen dari pertumbuhan ekonomi China, bergantung pada skala dan intensitas tarif.
Selain kerugian langsung bagi eksportir China, peningkatan tarif bea masuk AS juga berpotensi merusak kepercayaan bisnis, dan menunda keputusan investasi di negara tersebut.
Beberapa ekonom menilai penyebab perlambatan ekonomi salah satunya berasal dari dorongan pemerintah China untuk mengendalikan tingkat utang yang sangat besar di negara tersebut.
(cnn.com/bir)