Di Spring Meeting IMF, Sri Mulyani Curhat Soal Perang Dagang

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Selasa, 24 Apr 2018 17:47 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kekhawtirannya terhadap perang dagang antara AS dengan China dan risikonya terhadap Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kekhawtirannya terhadap perang dagang antara AS dengan China dan risikonya terhadap Indonesia. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kekhawatirannya terhadap perang dagang antara Amerika Serikat dengan China, termasuk risiko kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve, yang membuat Indonesia harus lebih waspada menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Dalam video yang diunggah lewat akun Facebook-nya, Sri Mulyani menyebut perubahan kebijakan ekonomi global membuat pemerintah perlu menyesuaikan diri agar momentum pertumbuhan ekonomi yang positif dapat terus dilanjutkan.

"Kami ingin paham perubahan arah dan gerak kebijakan ekonomi, sehingga bisa antisipasi bersama Bank Indonesia untuk melihat dampaknya terhadap Indonesia," ujarnya, Selasa (24/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia dipatok sebesar 5,4 persen atau jauh lebih tinggi ketimbang pencapaian tahun sebelumnya, yaitu 5,07 persen.

Makanya, Sri Mulyani berharap AS selaku negara dengan pengaruh ekonomi dunia terbesar, dapat menjaga keterbukaan dalam perdagangan.

"Saya berharap AS tetap menjadi salah satu negara yang bisa memberikan contoh yang baik sebagai negara besar," imbuhnya.

Pemerintah Indonesia, ia mengungkapkan terus menjaga momentum pertumbuhan dari nilai tukar rupiah dan inflasi, termasuk memperkuat indikator investasi dan ekspor.


Sementara itu, Gubernur BI Agus Martowardojo menyambut baik sejumlah saran dari IMF yang merekomendasikan agar Indonesia terus menjaga momentum pertumbuhan ekonominya.

IMF merekomendasikan agar Indonesia memperhatikan resiliensi, mengutamakan prioritas kebijakan jangka menengah dan panjang, serta melakukan reformasi sektor riil, fiskal, dan upaya pendalaman pasar keuangan.

Tak ketinggalan kebijakan makroprudensial untuk memantau risiko dan eksposur aset sektor keuangan. Lalu, peningkatan kerja sama multilateral menjadi sangat relevan saat ini, mengingat ancaman proteksionisme sistem perdagangan dunia. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER