Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto khawatir perang dagang antara Amerika Serikat-China bisa merugikan Indonesia dalam jangka menengah. Pasalnya, jika China kehilangan pasar AS, China bisa mengalihkan ekspornya ke negara lain, termasuk Indonesia.
"Dalam jangka menengah, Indonesia bisa dirugikan karena barang China bisa membanjiri Indonesia," ujar Airlangga di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kamis (28/6).
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump telah menyetujui perang dagang China dengan meneken kenaikan tarif bea masuk produk China bernilai US$50 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, China membalas dengan memasang tarif tinggi terhadap 1.000 produk asal AS, seperti kedirgantaraan, robotik, manufaktur dan industri otomotif. Tarif ini akan mulai berlaku pada 6 Juli mendatang.
Pemerintah, lanjut Airlangga, tidak akan tinggal diam demi mengantisipasi risiko tersebut. Caranya,
pertama, pemerintah akan memperketat penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI).
"
Kedua, kalau ada kerugian kami akan retaliasi dalam bentuk bea masuk anti dumping, tetapi itu bergantung sudah ada yang memprotes atau tidak," imbuhnya.
Di sisi lain, lanjut Airlangga, perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia itu memberikan peluang Indonesia untuk mengerek ekspornya ke kedua negara.
Berdasarkan data BPS, ekspor dari Indonesia ke AS tumbuh 10,03 persen menjadi US$1,57 miliar pada Mei 2018.
"Ini didorong oleh produk hasil rajutan, kayu, dan timah," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantor BPS beberapa waktu lalu.
Sementara itu, ekspor ke China juga naik 15,37 persen menjadi US$2,09 miliar. Peningkatan ekspor didorong oleh bahan bakar mineral, besi, dan baja.
(lav/bir)