Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (
SKK Migas) melaporkan realisasi
investasi di sektor hulu migas per semester I 2018 baru mencapai US$3,9 miliar. Realisasi tersebut setara dengan 27 persen target pemerintah tahun ini yang dipatok US$14,2 miliar.
"Untuk proyeksi 2018 diperkirakan (investasi sektor hulu migas) akan mencapai 78 persen atau US$11,1 miliar," ujar Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi dalam konferensi pers di kantornya, Jumat (6/7).
Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, realisasi investasi hulu migas pada paruh pertama tahun ini juga merosot. Per Januari-Juni 2017, realisasi investasi hulu migas mencapai US$3,98 miliar dengan rincian US$3,96 miliar untuk blok eksploitasi dan sisanya eksplorasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Amien, realisasi investasi hulu migas masih belum optimal pada semester I 2018 akibat beberapa kegiatan proyek yang tertunda. Ak ibatnya, realisasi investasinya bergeser baik ke paruh kedua tahun ini maupun tahun depan.
"Kalau penyiapan (proyek) tertunda tentu realisasi investasi tertunda," terangnya.
Ia mencontohkan, rencangan pengembangan
(Plan of Development/POD) Lapangan Merakes oleh operator ENI Indonesia Ltd yang telah disetujui, tetapi investasi belum terealisasi karena belum ada pelaksanaan proyek.
"Kebetulan realisasi pengadaan (pengadaan barang dan jasa) baru di semester II. Jadi, akan tercatat sebagai realisasi investasi di semester II," ujarnya.
Kemudian, proyek pengadaan unit produksi terapung (FPU) Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) juga mundur realisasinya.
"Mestinya, FPU dilaksanakan investasi berjalan tetapi, ternyata, ada gangguan yang mengganggu proses pelaksanaan sehingga pembangunan FPU tertunda dalam beberapa bulan ini," ujarnya.
Kendati demikian, Amien optimistis akan terjadi percepatan laju investasi sektor hulu migas pada tahun depan. Pasalnya, untuk kegiatan eksplorasi saja, pemerintah telah mengantongi komitmen kerja pasti sbesar US$642,52 juta untuk jangka waktu lima tahun setelah kontrak baru efektif. Komitmen tersebut diperoleh dari persetujuan sembilan kontrak baru dari wilayah kerja hulu migas yang akan berakhir pada 2019 hingga 2026.
"Mulai tahun depan akan ada kegiatan eksplorasi yang agresif. Dengan eksplorasi yang agresif diharapkan akan ada penemuan besar yang bisa menjadi cadangan terbukti dan bisa diproduksikan," ujarnya.
Temuan cadangan terbukti sangat penting untuk mendongkrak investasi hulu migas. Pasalnya, komponen investasi terbesar sektor hulu migas adalah untuk membangun fasilitas produksi dan biaya untuk produksi.
Namun, selama dua puluh tahun terakhir, Indonesia minim temuan besar. Sejauh ini temuan besar baru ada di Lapangan Gas Abadi Masela, Lapangan Banyu Urip, dan Lapangan Jangkrik.
"Belanja modal akan dibelanjakan kalau di bawah ada yang bisa diproduksikan. Kalau cadangan kecil ya fasilitas produksinya kecil," ujarnya.
Lebih lanjut, meski tidak mendapatkan fasilitas pembebasan pajak
(tax holiday), investasi hulu migas masih mendapatkan insentif fiskal. Hal itu diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2017 untuk kontrak bagi hasil produksi (PSC) menggunakan skema pengembalian biaya produksi
(cost recovery) dan PP Nomor 53 Tahun 2017 untuk skema gross split.
Bentuk insentifnya diberikan per proyek dalam bentuk insentif pajak maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
(agi)