Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta
PT Pertamina (Persero) untuk memperbaiki efisiensi keuangan dan tata kelola perusahaan dalam rangka memperbaiki kesehatan keuangannya.
Hal ini perlu dilakukan demi mengimbangi bantuan pemerintah kepada Pertamina yang selama ini dilakukan agar perusahaan pelat merah itu tak merugi karena penugasan pemerintah.
Sri Mulyani bilang, salah satu bantuan pemerintah untuk Pertamina adalah menambah subsidi bagi penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan elpiji bersubsidi. Rencananya hingga akhir tahun ini, pemerintah akan menambah subsidi energi sebanyak Rp69 triliun menjadi Rp163,5 triliun dari pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar Rp94,5 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memang berkomitmen membuat neraca Pertamina menjadi sehat dan konsekuen dengan penugasan, tapi kami minta mereka juga perbaiki tata kelola, efisiensi, menghilangkan korupsi tentu saja, agar Pertamina jadi badan usaha yang sehat," ujar Sri Mulyani di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (19/7).
Lebih lanjut ia mengatakan, dirinya beserta Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) selalu memantau profil usaha Pertamina dari hulu hingga hilir. Dari situ, pemerintah bisa mengkaji lini usaha yang paling menguntungkan dan apakah keuntungan ini bisa digunakan Pertamina untuk melakukan penugasan pemerintah sekaligus melakukan aksi korporasi.
"Kami terus melakukan verifikasi, berapa sebetulnya (keuntungan) di hulu dan hilir. Ini yang kami harapkan bisa ditetapkan," jelas Sri Mulyani.
Di sisi lain, ia tak mau berkomentar ihwal lampu hijau dari Kementerian BUMN terkait penjualan aset Pertamina demi memperbaiki neraca keuangannya. Ia hanya bilang, aset Pertamina adalah kekayaan negara yang sudah dipisahkan, sehingga itu bukan lagi menjadi tanggungjawab instansinya.
Adapun, penjualan aset yang dimaksud tertera dalam surat tertanggal 29 Juni 2018 yang memperbolehkan Pertamina melakukan
share-down (menurunkan kepemilikan) aset-aset hulu selektif hingga melakukan
spin off (pemisahan usaha) unit bisnis RI IV Cilacap dan unit bisnis RU V Balikpapan.
"Domain Pertamina adalah ini kekayaan negara yang sudah dipisahkan," imbuh dia.
Keuangan Pertamina semakin parah setelah laba yang dibukukan makin melandai. Di tahun 2017, perseroan mencatat laba US$2,41 miliar atau anjlok 24 persen jika dibanding tahun sebelumnya yakni US$3,15 miliar.
(agi)