Rupiah Masih Terbebani Perbaikan Kondisi Ekonomi AS

Agus Triyono | CNN Indonesia
Jumat, 20 Jul 2018 17:34 WIB
Nilai tukar rupiah sampai dengan penutupan Jumat (20/7) masih ditutup melemah di level 14.593 karena tertekan perbaikan ekonomi AS yang memicu penguatan dolar.
Ilustrasi rupiah. (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah ditutup melemah Jumat (20/7). Di pasar spot rupiah ditutup di level Rp14.495 Jumat (20/7) melemah 0,37 persen jika dibanding hari sebelumnya. 

Sementara itu kurs referensi Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Dollar Spot (Jisdor) rupiah berada di posisi Rp14.520 atau melemah jika dibandingkan posisi Kamis yang berada di level Rp14.418 per dolar AS.

Rupiah tidak sendiri. Pelemahan juga dialami oleh sejumlah mata uang di kawasan Asia. Untuk dolar Hongkong akhir pekan ini ditutup melemah 0,01 persen, baht Thailand melemah 0,14 persen, yen Jepang melemah 0,04 persen dan rupee India melemah 0,27 persen dibanding dolar Amerika.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Analis Asia Tradepoints Futures Andri Hardianto mengatakan bahwa pelemahan rupiah terjadi akibat penguatan kondisi ekonomi Amerika Serikat (AS). Kondisi tersebut membuat Bank Sentral Amerika Serikat The Fed semakin percaya diri untuk menaikkan suku bunga acuan Fed Rate.



Keyakinan tersebut mendorong penguatan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang, termasuk rupiah.

Selain itu, penguatan dolar juga didukung oleh sentimen negatif terhadap rupiah dari dalam negeri. Kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menahan suku bunga acuan di level 5,25 persen membuat rupiah sukar menguat.

Apalagi di sisi lain, rupiah juga belum mendapatkan suntikan kekuatan berarti dari neraca dagang dalam negeri. Walaupun neraca dagang Juni sudah mencatatakan surplus US$1,74 miliar, kondisi tersebut belum memberi kepecayaan ke pasar.

"Pasar masih melihat dolar yang selalu menguat beberapa hari belakangan ini," katanya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/7).

Andri mengakui rupiah saat ini sebenarnya mendapatkan katalis postif dari rencana BI mengaktifkan kembali penerbitan surat utang Bank Indonesia bertenor 9-12 bulan. Tapi katalis tersebut masih kalah kuat jika dibandingkan dengan penguatan dolar.

(agt/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER