Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia memprediksi defisit transaksi berjalan Indonesia hingga akhir 2018 bisa mencapai US$25 miliar. Angka ini diramal meningkat 44,51 persen dibanding realisasi defisit transaksi berjalan tahun lalu yang hanya US$17,3 miliar.
"Bahkan mungkin angka ini bisa lebih (dari US$25 miliar)," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (25/7).
Mirza mengatakan, meski secara persentase, defisit transaksi berjalan jauh lebih besar dibanding tahun lalu yang hanya 1,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), namun kisaran defisit saat ini masih berada di bawah batas 3 persen sesuai aturan undang-undang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan defisit transaksi berjalan ini, lanjutnya, disebabkan situasi ekonomi dan keuangan sejak kuartal I yang sudah berbeda dibanding tahun lalu.
Dengan kinerja neraca perdagangan yang surplus tipis US$280 juta dan defisit di neraca jasa, maka defisit transaksi berjalan pada kuartal pertama kemarin bertengger di angka US$5,5 miliar, atau melonjak hingga 129,17 persen dibanding tahun sebelumnya yakni US$2,4 miliar.
Melihat ekspektasi defisit transaksi neraca berjalan yang kian melebar, Mirza mengaku bank sentral akan segera mengamankan transaksi modal dan finansial agar neraca pembayaran Indonesia kinclong akhir tahun.
Salah satu caranya, adalah dengan menarik kembali minat investor untuk mengalirkan modalnya lagi untuk masuk ke Indonesia, baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA), portfolio, maupun utang luar negeri. Khusus untuk portfolio, BI bahkan mengaktifkan kembali penerbitan surat utang bank sentral nasional atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bertenor sembilan hingga 12 bulan. Padahal, penerbitan SBI ini sempat berhenti 2017 silam.
"Selama ini kan SBI bisa dijual ke asing, sementara dulu Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) tidak bisa. Dengan pembeda ini, kami harapkan ada instrumen lain agar portfolio masuk ke Indonesia," jelas dia.
Melalui perbaikan di transaksi modal dan finansial, maka proyeksi defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun diharapkan tidak akan mengganggu cadangan valuta asing yang dimiliki BI. Sebab, cadangan devisa Indonesia sudah terkuras cukup banyak, dari US$131,98 miliar di bulan Januari ke US$119,8 miliar di bulan Juni kemarin.
"Kami harapkan nanti bisa masuk lebih banyak karena pasar Surat Berharga Negara (SBN) sudah mulai masuk lagi, dan kami harapkan situasinya bisa lebih stabil juga. Meski memang di awal tahun, secara net, portfolio Indonesia menunjukkan arus modal keluar," pungkas Mirza.
(lav)