Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia mengatakan pelemahan mata uang Yuan dalam tiga bulan membuat nilai tukar
rupiah terhadap dolar berada di titik terlemahnya. Bahkan, ada dugaan bahwa pelemahan nilai tukar Yuan ini terkesan disengaja.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan pelemahan nilai tukar Yuan terhadap dolar AS tercatat sekitar 7 persen antara Mei hingga Juli ini. Angka ini memang cukup besar dibanding pelemahan mata uang di negara-negara lain dalam konteks menghadapi tekanan ekonomi global.
"Sebetulnya pelemahan rupiah ini tetap global, tapi faktor yang baru ini kan pelemahan Yuan yang memang dilakukan secara
indirectly atau sengaja. Angka ini (pelemahan Yuan) juga lebih tinggi dibanding negara maju dan berkembang, ini yang bikin kurs negara lain tertekan," jelas Mirza di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (25/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, Yuan diduga sengaja dilemahkan demi mendongkrak kinerja ekspornya, di tengah sentimen perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Jika China menurunkan mata uangnya, maka mau tak mau seluruh negara juga ikut menurunkan mata uangnya agar ekspornya ikut kompetitif. Ini yang mendorong mata uang negara-negara lain, termasuk rupiah, terperosok lebih dalam.
Hal ini, terang Mirza, juga semakin memperburuk depresiasi rupiah yang selama ini ditekan oleh kebijakan bank sentral AS yang kian ambisius menaikkan suku bunga acuan Fed Rate.
"Jadi ini faktor global besar sekali, dan bukan hanya pelemahan rupiah saja," imbuh dia.
Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah paling dalam dibandingkan mata uang negara di kawasan Asia dan negara maju pada akhir perdagangan pasar spot hari ini, Selasa (24/7).
Rupiah ditutup di posisi Rp14.545 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,43 persen dari penutupan kemarin, Senin (23/7) di Rp14.482 per dolar AS.
(lav)