Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah ditutup di posisi Rp14.463 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir penutupan pasar spot hari ini, Kamis (26/7). Posisi ini menguat 12 poin atau 0,08 persen dari penutupan kemarin, Rabu (25/7) di Rp14.475 per dolar AS.
Berbeda dengan rupiah, mayoritas mata uang negara di kawasan Asia justru melemah. Dolar Hong Kong minus 0,03 persen, ringgit Malaysia minus 0,14 persen, renmimbi China minus 0,14 persen, dolar Singapura minus 0,17 persen, baht Thailand minus 0,2 persen, dan peso Filipina minus 0,22 persen.
Hanya beberapa mata uang yang menguat bersama rupiah, seperti won Korea Selatan 0,59 persen, rupee India 0,22 persen, dan yen Jepang 0,18 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara beberapa mata uang negara maju bervariasi. Dolar Australia melemah 0,31 persen, rubel Rusia minus 0,25 persen, euro Eropa minus 0,11 persen, dan franc Swiss minus 0,09 persen. Sedangkan poundsterling Inggris stagnan dan dolar Kanada menguat 0,04 persen.
Ibrahim, Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka menilai rupiah masih mampu menguat tipis karena ada pengaruh positif dari dalam negeri, yaitu pernyataan pemerintah yang serius menanggapi dampak perang dagang dan perbaikan neraca perdagangan.
"Meski pasar belum mengetahui secara pasti, paket kebijakan apa yang akan dikeluarkan pemerintah, namun pasar mulai merespon positif hal tersebut," ucapnya kepada
CNNIndonesia.com.
Hal ini yang setidaknya mampu membuat rupiah menguat, meski kebanyakan mata uang di kawasan Asia justru melemah dari dolar AS.
Sementara dari sisi eksternal, pengaruh tetap datang dari hubungan antara AS dengan Eropa yang mengindikasikan perbaikan. Sedangkan dengan China, hubungan kedua negara justru masih memanas karena perang dagang yang seolah beralih ke perang mata uang.
Lebih lanjut, Ibrahim memperkirakan penguatan rupiah bisa bertahan hingga akhir pekan ini dengan penguatan hingga ke kisaran Rp14.411 per dolar AS.
(agi)