Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan
laba bersih sebesar Rp11,4 triliun sepanjang paruh pertama tahun ini, naik 8,4 persen dari periode yang sama di 2017 sebesar Rp10,5 triliun.
Meski naik, pertumbuhan laba bersih perseroan melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang masih tercatat sebesar 10 persen.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan kondisi ini disebabkan penurunan suku bunga kredit korporasi pada awal tahun ini atas permintaan mayoritas nasabah BCA itu sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apalagi kompetitor memberikan bunga cukup menarik sehingga suku bunga mau tidak mau kami turunkan pada awal tahun," papar Jahja, Kamis (26/7).
Permintaan itu lantaran Bank Indonesia (BI) beberapa kali menurunkan suku bunga acuannya sepanjang tahun lalu. Kondisi ini membuat tren suku bunga pada 2017 mengalami penurunan.
"Kalau melihat ke belakang suku bunga turun, permintaan korporasi cukup menekan juga," tutur Jahja.
Apalagi, kata Jahja, perusahaan juga menawarkan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di level rendah, yaitu 5,61 persen per tahun. Walhasil, marjin laba bersih yang diterima BCA secara persentase tak lebih kencang dari realisasi semester I tahun lalu.
Namun begitu, Jahja mengatakan posisi neraca keuangan BCA masih terbilang sehat. Total penyaluran kredit perusahaan naik 14,2 persen menjadi Rp494 triliun dari sebelumnya Rp433,61 triliun.
Rinciannya, kredit korporasi naik 19,1 persen menjadi Rp191,4 triliun, kredit komersial & UKM naik 15,1 persen menjadi Rp174,8 triliun, dan kredit konsumer naik enam persen menjadi Rp128,2 triliun.
"Kredit konsumer ini KPR naik empat persen menjadi Rp74,6 triliun dan kredit kendaraan bermotor meningkat secara tahunan menjadi Rp41,3 triliun," papar Jahja.
Sementara, rasio kredit bermasalah
(non performing loan/NPL) gross perusahaan turun tipis dari 1,5 persen menjadi 1,4 persen, sedangkan rasio cadangan terhadap kredit bermasalah sebesar 187,8 persen.
(agi)