ANALISIS

Menghitung Kemampuan Pertamina Kelola Blok Rokan

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 02 Agu 2018 12:48 WIB
Meskipun mengaku sanggup mengeluarkan investasi Rp1.008 triliun untuk mengelola Blok Rokan, Pertamina dinilai perlu mencari mitra agar beban lebih ringan.
Blok Rokan. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah dikelola puluhan tahun oleh PT Chevron Pacific, pemerintah akhirnya memberikan hak pengelolaan Blok Rokan pada PT Pertamina (Persero) usai kontraknya habis pada 2021.

BUMN migas tersebut mendapatkan 100 persen hak pengelolaan Blok Rokan selama 20 tahun, terhitung Agustus 2021 sampai dengan Agustus 2041 mendatang.

Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan memilih Pertamina dengan alasan komersial. Menurutnya, tawaran yang diberikan Pertamina menarik bagi pemerintah ketimbang proposal yang diajukan Chevron.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertamina berkomitmen untuk berinvestasi pasti di blok tersebut US$500 juta atau sekitar Rp7,2 triliun selama lima tahun bila dipercaya mengelola Blok Rokan.

Selain itu, Pertamina juga menjanjikan bonus tanda tangan sebesar US$784 juta atau sekitar Rp11,3 triliun dan potensi pendapatan negara selama 20 tahun pengelolaan akan mencapai US$57 miliar atau sekitar Rp825 triliun bila mereka mengelola blok tersebut.


Pertamina menyatakan siap membayar kepercayaan pemerintah tersebut. Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengungkapkan perseroan siap mengucurkan investasi sekitar US$70 miliar atau Rp1.008 triliun untuk 20 tahun ke depan.

Direktur Keuangan Pertamina Arif Budiman mengatakan walau terlihat besar, Pertamina akan mampu memenuhi janji tersebut. Kondisi keuangan Pertamina ia nyatakan 'sangat' mampu.

Terdapat dua sumber dana yang bisa dioptimalkan Pertamina untuk mengelola Blok Rokan. Pertama, kas internal Pertamina. Kedua, arus kas Blok Rokan.

"Arus kas Blok Rokan masih positif, sumber dana utamanya bisa dari sana, baru kalau masih diperlukan kami tambah," katanya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (1/8).

Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa selain mengandalkan sumber dana tersebut, perseroan akan mencari mitra untuk mengelola Blok Rokan agar beban Pertamina bisa lebih ringan.


Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan mencari mitra merupakan pilihan logis yang bisa diambil Pertamina untuk mengelola Blok Rokan. Pasalnya, walau secara keuangan mampu, Pertamina memiliki tanggung jawab mengelola blok migas lain.

Selain itu, dalam menjalankan usaha, Pertamina juga tidak hanya bertumpu di sektor hulu. Perseroan juga memiliki bisnis di sektor tengah dan hilir.

Nah, untuk pilihan mitra ini, Komaidi menyarankan agar Pertamina menggandeng Chevron. Menurutnya, langkah tersebut bisa memberikan keuntungan bagi Pertamina.
Menghitung Kemampuan Pertamina Kelola Blok RokanBlok Rokan. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pasalnya, Chevron sudah menguasai Blok Migas Rokan selama 50 tahun. Dengan menggandeng Chevron diharapkan terjadi proses alih teknologi yang lebih baik.

Selain itu, bermitra dengan Chevron akan membuat proses peralihan pengelolaan tidak mengganggu produksi.

"Untuk ini, saya rasa pemerintah, Pertamina, dan Chevron perlu berkomunikasi intensif," ujarnya.



Untuk pemerintah, Komaidi meminta mereka untuk mengurangi penugasan yang berpotensi membebani keuangan Pertamina. Peringatan tersebut ia berikan terkait kondisi keuangan Pertamina.

Maklum saja, berdasarkan laporan keuangan Pertamina 2017, pertumbuhan laba bersih perseroan menurun. Sepanjang 2017 kemarin, laba bersih mereka hanya US$2,54 miliar atau Rp34,41 triliun.

Padahal, 2016 lalu laba mereka masih mencapai US$3,15 miliar atau Rp42,3 triliun.

Penurunan laba salah satunya disebabkan oleh penugasan yang diberikan pemerintah ke Pertamina untuk menanggung sebagian subsidi BBM.

Penugasan tersebut membuat Pertamina harus menanggung sebagian beban subsidi BBM, terutama premium yang harganya Rp6.450 per liter atau di bawah harga keekonomian yang berkisar Rp8 ribu-an per liter.

Tercatat, beban pokok penjualan perseroan dan beban langsung lainnya melonjak 26,08 persen dari US$30,29 miliar menjadi US$38,19 miliar.

Hal itu dipicu oleh kenaikan beban impor produk minyak lainnya dari US$3,68 miliar menjadi US$7,5 miliar. Impor minyak solar juga melonjak dari US$449,22 juta menjadi US$853,53 juta.

"Jadi ketika di hulu sudah banyak tugas, di hilirnya jangan dibebani terlalu banyak. Nanti seperti anak, sekolah sudah berat pelajaran malah ditambah PR, bukannya pintar nanti kelelahan," katanya.

Meski belum memutuskan cara untuk mengelola Blok Rokan, Presiden Joko Wodido menaruh harapan besar pada Pertamina. Jokowi berharap Pertamina mampu sejajar dengan perusahaan minyak papan atas dunia seiring, dengan penguasaan produksi migas nasional yang diproyeksi mencapai 60 persen setelah resmi mengambil alih blok tersebut.

"Dengan mengelola Blok Rokan, insyaallah Pertamina akan sejajar dengan perusahaan minyak papan atas dunia dengan penguasaan 60 persen produksi migas di 2021," ujar Jokowi dalam unggahan pada akun resminya di Instagram, Kamis (2/8).

Saat ini, menurut Jokowi, Pertamina baru menguasai 36 persen produksi migas nasional. Porsi Pertamina dalam produksi migas nasional pun ditargetkan naik menjadi 39 persen pada 2019 saat beberapa blok migas terminasi mulai aktif dikelola BUMN tersebut. 

Produksi Blok Migas Rokan di Riau menyumbang 26 persen dari total produksi nasional. Blok yang memiliki luas 6.220 km ini memiliki 96 lapangan. Sejak beroperasi pada 1991 hingga 2017, total produksinya 11 miliar barel minyak

(agt/agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER