Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan
Sri Mulyani Indrawati mengaku senang dengan capaian pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini sebesar 5,27 persen. Menurutnya, angka ini jauh di atas ekspektasi pemerintah yakni 5,16-5,17 persen.
Menurut Sri Mulyani, seluruh indikator pertumbuhan ekonomi mengalami perbaikan. Pertama, ia cukup puas dengan konsumsi masyarakat yang naik 5,14 persen. Menurutnya, momentum lebaran, terjaganya inflasi, hingga penambahan Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) benar-benar berpengaruhi terhadap pertumbuhan konsumsi.
Hanya saja, ia masih menyoroti Pertumbuhan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang anjlok. Ia menyayangkan pertumbuhan investasi yang hanya tumbuh 5,87 persen dan memutus tren pertumbuhan investasi di atas 7 persen sejak kuartal III 2017.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menduga, lemahnya pertumbuhan investasi ini disebabkan karena libur panjang menjelang hari raya idul fitri. Sebab, hal ini dianggapnya berkorelasi dengan pertumbuhan industri manufaktur yang hanya tumbuh 3,93 persen di kuartal II, atau turun dari kuartal sebelumnya 5,07 persen.
"Pelemahan investasi ini harus kami sikapi secara hati-hati. Ini kan jadi trade off antara konsumsi yang jadi bagus, tapi manufaktur dan investasi agak lemah," papar Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (6/8).
Meski demikian, ia yakin investasi pada semester kedua bisa terungkit, setelah derasnya arus impor barang modal di semester kemarin.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor barang modal di semester I tercatat US$14,37 miliar atau lebih besar 31,84 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Sri Mulyani, banyaknya impor barang modal seharusnya bisa diterjemahkan ke nilai investasi yang melonjak. Namun, melihat pertumbuhan investasi yang turun di kuartal II, maka ia yakin sebagian besar perusahaan akan menggunakan barang modalnya di semester ini.
"Kalau impor bahan baku meningkat, harusnya terjemahannya adalah investasi tinggi. Ternyata belum terlihat, jadi mungkin saja itu munculnya di semester II," tambah dia.
Selain masalah investasi, ia juga menyoroti kinerja perdagangan yang juga tidak bisa menopang pertumbuhan ekonomi. Sebab, ekspor netto ternyata mengurangi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,21 persen di kuartal II.
Menurut Sri Mulyani, investasi dan neraca perdagangan menjadi tantangan pemerintah di semester berikutnya. Bukan hanya keduanya menyumbang pertumbuhan ekonomi, namun neraca pembayaran Indonesia juga bisa tertekan jika keduanya tidak bisa dibenahi.
"Tapi secara keseluruhan, saya senang dengan data pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhannya lebih tinggi dan kami harapkan bagus, itu terutama karena merupakan hasil domestic demand yang kuat," papar Sri Mulyani.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution terlihat semringah dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal II. Ia senang karena angka ini berada di dalam rentang ekspektasinya.
"Seperti yang pernah saya bilang sebelumnya, ada di rentang 5,2 persen hingga 5,3 persen. Apakah nanti kuartal III akan berlanjut, ya lihat nanti saja," jelasnya singkat.
BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi di kuartal II sebesar 5,27 persen. Angka ini merupakan pertumbuhan kuartalan tertinggi sejak pemerintahan Presiden Joko Widodo. Adapun, pertumbuhan kuartalan tertinggi sebelumnya terjadi di kuartal II 2016 yakni 5,21 persen.
(lav)