Jakarta, CNN Indonesia --
Harga minyak dunia tergelincir pada perdagangan Kamis (9/8), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan masih dipicu oleh sentimen pasar terhadap eskalasi perang dagang AS - China yang berisiko menyeret permintaan minyak dunia.
Dilansir dari Reuters, Jumat (10/8), harga minyak mentah berjangka Brent turun US$0,21 menjadi US$72,07 per barel.
Penurunan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,13 menjadi US$66,81 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua harga acuan merosot lebih dari tiga persen pada perdagangan Rabu (8/8) usai dirilisnya data stok minyak mentah AS yang turun lebih rendah dibandingkan perkiraan.
Selain itu, harga minyak juga terbebani oleh kenaikan jumlah pasokan bensin sebesar 2,9 juta barel yang mengejutkan karena hasil jajak pendapat analis Reuters memprediksi bahwa stok bensin bakal merosot sebesar 1,7 juta barel.
"Kemampuan bensin untuk bertahan di tengah kuatnya permintaan membebani pasar," ujar Partner Again Capital Managemen John Kilduff di New York.
Sebelumnya, lanjut Kildulff, harga minyak telah mendapat dorongan harga ke atas akibat kekhawatiran bakal terjadi kelangkaan. Namun, kekhawatiran akan hal tersebut telah mereda.
"Pasokan sepertinya mencukupi untuk memenuhi kondisi permintaan yang cukup kuat," ujarnya.
Pasar minyak juga terbebani oleh kekhawatiran terhadap sengketa dagang yang akan menekan permintaan minyak.
Sebagai upaya retaliasi melawan AS, China mengenakan tarif sebesar 25 persen pada impor AS senilai US$16 miliar mulai dari bahan bakar minyak, produk baja, otomotif hingga peralatan kesehatan. Minyak mentah akan dikecualikan.
Perang dagang membuat pasar global gelisah. Investor takut perlambatan di dua perekonomian terbesar di dunia akan menyeret permintaan terhadap komoditas.
Trader minyak juga mengkhawatirkan permintaan China. Impor minyak mentah China meningkat pada Juli lalu setelah turun selama dua bulan berturut-turun.
Namun, capaian tersebut masih tergolong rendah untuk tahun ini akibat penurunan permintaan dari kilang independen berskala kecil.
Irak telah memangkas harga jual resmi minyak mentah Basra Light pengiriman September untuk konsumen Asia pada Kamis kemarin.
Selasa lalu, pemerintah AS secara resmi telah memberlakukan sanksi terhadap Iran, produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara Pengekspor Minyak.
Sanksi tersebut tidak akan secara langsung membidik ekspor minyak Iran hingga November meski Presiden AS Donald Trump telah mengatakan bahwa ia ingin sebanyak mungkin negara yang memangkas impor minyak dari Iran hingga ke level nol.
"Jika hal terburuk yang terjadi dan 1,5 juta hingga dua juta bph minyak dari Iran menghilang dari pasar, perhitungan akan menjadi sia-sia dan harga minyak harus siap mengalami masa-masa sulit," ujar Analis PVM Oil Associates Tamas Varga.
(agt)