akan tetap stabil.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan keyakinan didasarkan OJK pada data historis pelaksanaan pemilihan presiden selama tiga periode ini.
Selama tiga periode penyelenggaraan pemilihan presiden, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak mengalami banyak goncangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merujuk data Bursa Efek Indonesia (BEI) saat Pemilihan Presiden 2004, IHSG berhasil menguat 44,56 persen ke level 1.000.
Pada penyelenggaraan Pemilihan Presiden 2009, IHSG justru melonjak 86,98 persen ke level 2.539.
Pun begitu dengan Pemilihan Presiden 2014. Walau suasana politik saat itu sempat panas, IHSG berhasil naik 22,29 persen ke level 5.226.
"Dengan kondisi tersebut artinya politik kita diapresiasi paling aman sedunia, maka itu kami harap kondisi yang sama juga terjadi pada 2019 mendatang," katanya Jumat (10/10).
Direktur Utama BEI Inarno Djayadi mengatakan bahwa proses pemilihan presiden memang tak berdampak ke IHSG. Pelaku pasar di Indonesia sudah cukup dewasa dalam membedakan sentimen yang benar-benar akan mempengaruhi pola pergerakan saham.
"Jadi tidak ada masalah," katanya.
Sementara itu, saat pendaftaran calon presiden Jumat (10/8) IHSG cenderung diperdagangkan menguat. Pada perdagangan sesi I, IHSG ditutup menguat 0,46 persen ke level 6.093.
Sayangnya, dana asing justru banyak yang keluar dari pasar saham. Pelaku pasar asing justru mencatatkan aksi jual bersih
(net sell) di pasar reguler sebesar Rp152,82 miliar.