Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (
ESDM) menambah kuota produksi batu bara tahun ini sebesar 25 juta ton dari 485 juta ton menjadi 510 juta ton. Tujuannya, untuk mengurangi defisit transaksi berjalan melalui penaikan ekspor batu bara.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menyampaikan penambahan kuota tersebut sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan devisa. Hal itu diungkapkan Kepala Negara dalam rapat terbatas (ratas) yang digelar hari ini, Selasa(14/8).
"Sudah ada (perusahaan) yang mengajukan penambahan produksi dan sudah ditandatangani persetujuan oleh pemerintah sebesar 25 juta ton," ujar Agung kepada awak media di kantor Kementerian ESDM, Selasa (14/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika PT PLN (Persero) tidak menyerapnya, Agung mengungkapkan seluruh hasil penambahan produksi tersebut akan diekspor.
"Diharapkan dengan peningkatan produksi ini akan menambah devisa sekitar US$1,5 miliar," ujar Agung.
Selain itu, Agung juga berharap penerimaan devisa tersebut bisa ditaruh di dalam negeri. Penambahan devisa, lanjut Agung, akan membantu upaya stabilisasi kurs rupiah terhadap dolar AS yang tertekan dalam selama beberapa waktu terakhir.
Di sisi lain, penambahan kuota produksi batu bara membuat target produksi batu bara tahun ini semakin jauh dari target produksi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 yang ditetapkan sebesar 406 juta.
Jika terealisasi, maka produksi batu bara tahun ini bakal meningkat 10,6 persen dari produksi tahun lalu 461 juta ton.
Sebagai informasi, berdasarkan data sementara Kementerian ESDM, realisasi produksi batu bara per semester I 2018 baru mencapai 174 juta ton. Adapun pemanfaatan batu bara domestik pada periode yang sama mencapai 53 juta ton. Sementara sisanya diekspor oleh perusahaan.
(lav)