Untuk suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan dipatok sebesar 5,3 persen.
Sementara untuk
lifting minyak Indonesia ditargetkan 750 ribu barel per hari atau turun dari tahun ini yang dipatok 800 ribu barel.
Namun,
lifting gas justru dinaikkan menjadi 1.250 ribu barel setara minyak per hari dari tahun ini sebesar 1.200 ribu barel setara minyak per hari.
Jokowi mengatakan untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah akan terus memperbaiki iklim investasi.
"Perbaikan dilakukan melalui deregulasi, debirokratisasi dan simplikasi," katanya.
Menurutnya upaya perbaikan tersebut sudah mulai dijalankan pemerintah 2018 ini. Perbaikan tersebut, salah satunya telah dilakukan melalui deregulasi dan penerapan proses perizinan terpadu
online (OSS).
Selain itu, pemerintah juga akan terus berupaya mengendalikan inflasi agar daya beli dan konsumsi masyarakat bisa dipacu.
Sementara itu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo meminta pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk membuat target realistis pada APBN 2019.
Ia meminta target APBN dibuat dengan memperhitungkan kondisi ekonomi global yang sampai saat ini masih belum menentu.
Kondisi global yang ia minta selalu dicermati pemerintah dalam membuat target APBN 2019 adalah kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed dan perang dagang antara AS dengan China.
Maklum saja, gejolak ekonomi global yang diakibatkan oleh dua faktor tersebut telah membebani ekonomi dalam negeri pada sepanjang 2018 ini.
Salah satu dampak, terlihat jelas pada gejolak nilai tukar rupiah yang Agustus ini terperosok ke level Rp14.600 per dolar AS, jauh dari asumsi APBN 2018 yang hanya Rp13.400.