Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah menghabiskan delapan tahun dengan total dana pinjaman yang dikucurkan mencapai 288 miliar euro atau sekitar Rp4.600 triliun (asumsi kurs Rp16 ribu per euro),
Yunani akhirnya berhasil bangkit.
Negeri Para Dewa itu pada Senin (20/8) secara resmi keluar dari program penyelamatan besar yang menyelamatkan negara tersebut dari kehancuran dan keharusan meninggalkan euro. Namun, dana talangan (
bailout) dari IMF, bank sentral Eropa, dan Komisi Eropa datang dengan biaya besar yang masih akan dirasakan Yunani bertahun-tahun ke depan.
Sebagai ganti dari dana yang mereka terima, Yunani setuju untuk memangkas anggarannya secara drastis dan menerakan reformasi ekonomi yang menyakitkan. Pegawai pemerintah harus rela gajinya di potong dan pensiun mereka beku. Konsumsi masyarakat merosot, pengangguran melonjak, dan banyak bisnis terpaksa ditutup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, perekonomian mereka hanya sepertiga dari 2017, sebelum krisis melanda. Ekonomi mereka pun masih menghadapi sejumlah tantangan.
Di atas kertas, belanja pemerintah yang selama ini menggerus keuangan Yunani sudah kembali pada jalurnya. Anggaran yang semula defisit hingga 15 persen pada 2009, surplus satu persen di tahun lalu.
"Yunani siap keluar (dari krisis). Mereka telah bekerja keras dan ekonomi akhirnya berkembang lagi dengan kecepatan yang hampir memuaskan," kata Holger Schmieding, Kepala Ekonomi Berenberg Bank, dikutip dari
CNN, Selasa (21/8).
Ekonomi Yunani diperkirakan tumbuh 2 persenn tahun ini dan meningkat menjadi 2,4 persen tahun depan. Utang publik diperkirakan akan mencapai puncaknya tahun ini, lebih dari 188 persen terhadap Produk Domestik Bruto.
Rasio utang ini akan menurun menjadi 151 persen pada 2023, tahun Yunani dijadwalkan untuk peninjauan kembali dan kemungkinan penghapusan utang.
Negara-negara kreditor Yunani juga telah setuju untuk merestrukturisasi utang tersebut, sehingga memungkinkan bagi Yunani untuk mengelola pembayaran di masa depan. Kendati demikian, masih banyak masalah yang tersisa.
"Ada berbagai masalah ekonomi struktural yang belum diselesaikan melalui program, meskipun pengawasan selama delapan tahun terakhir," kata Rahman.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde memperingatkan bulan lalu bahwa upaya reformasi yang lebih besar tetap menjadi kunci bagi pemulihan ekonomi dan pertumbuhan yang langgeng.
Dia mengatakan pemerintah Yunani masih perlu meningkatkan cara mengumpulkan pajak, melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk membersihkan pegawai negeri yang tidak memenuhi syarat, dan dengan segera mengubah program privatasinya.
Yunani terpukul keras oleh krisis keuangan global pada 2008. Negara ini sudah terlilit utang besar setelah bertahun-tahun pemerintah belanja melampaui kemampuan.
Karena Yunani menggunakan euro sebagai mata uangnya, krisis utang yang mengguncang membuat seluruh zona euro berisiko. Jika Yunani keluar dari blok mata uang tunggal, itu akan merusak kepercayaan investor di seluruh proyek.
Euro terpukul oleh ketidakpastian dan Eropa dipaksa untuk bertindak. Dana talangan pertama datang pada 2010. IMF, ECB dan Komisi Eropa mengumumkan paket bantuan tiga tahun, yang dirancang untuk menyelamatkan Yunani.
Dana talangan kedua datang pada 2012. Namun, krisis Yunani kian memburuk pada 2015, setelah partai Syriza yang populis memenangkan pemilu nasional dengan janji untuk mengakhiri penghematan.
Dana talangan ketiga kemudian disetujui, tetapi IMF tidak menyumbang dana. Total pinjaman yang tersebar pada ketiga paket dana talangan tersebut adalah 288 miliar euro atau sekitar Rp4.600 triliun.
(cnn)