Rupiah Menguat Karena Komentar Trump soal Bunga Acuan The Fed

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Selasa, 21 Agu 2018 17:14 WIB
Nilai tukar rupiah ditutup menguat di posisi Rp14.574 per dolar AS pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (21/8).
Nilai tukar rupiah ditutup menguat di posisi Rp14.574 per dolar AS pada akhir perdagangan hari ini, Selasa (21/8). (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah ditutup di posisi Rp14.574 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan pasar spot hari ini, Selasa (21/8). Posisi ini menguat 14 poin atau 0,1 persen dari penutupan kemari, Senin (20/8), di Rp14.588 per dolar AS.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.568 per dolar AS atau menguat dari posisi kemarin Rp14.578 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang negara di kawasan Asia juga masih bertahan di zona hijau. Baht Thailand memimpin penguatan sekitar 0,67 persen dari dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diikuti won Korea Selatan 0,41 persen, renmimbi China 0,23 persen, dolar Singapura 0,17 persen, ringgit Malaysia 0,12 persen, rupee India 0,08 persen, dan peso Filipina 0,03 persen. Sementara, dolar Hong Kong stagnan dan yen Jepang melemah 0,15 persen.


Begitu pula dengan mayoritas mata uang negara maju. Franc Swiss menguat 0,42 persen, euro Eropa minus 0,4 persen, dolar Australia 0,26 persen, poundsterling Inggris 0,22 persen, dan dolar Kanada 0,15 persen. Hanya rubel Rusia yang melemah 0,47 persen.

Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan penguatan rupiah bersama sejumlah mata uang hari ini terjadi karena memanfaatkan momen pelemahan dolar AS.

Mata uang Negeri Paman Sam melemah karena terpengaruh sentimen dari pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kembali mengomentari kebijakan tingkat suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve.

"Trump tidak setuju dengan kebijakan kenaikan bunga acuan The Fed karena penilaiannya akan mengganggu pertumbuhan ekonomi AS yang sedang solid," imbuhnya.


Menurut dia, The Fed memandang kenaikan bunga acuan sengaja dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemulangan dana-dana investor dari negara berkembang. Walhasil, pandangan yang tak sejalan antara pemerintah dan bank sentral memberi tekanan ke dolar AS.

Kendati begitu, ia melihat penguatan rupiah dan mata uang lainnya akan berbalik arah jelang akhir pekan. Sebab, The Fed akan menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang kemungkinan akan memantapkan rencana kenaikan bunga acuan pada September mendatang.

"Sampai akhir pekan, rentang rupiah di antara Rp14.490-14.650 per dolar AS. Rentang ini agak jauh karena kemungkinan volatilitas rupiah akan tinggi setelah pengumuman FOMC," pungkasnya. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER