Jakarta, CNN Indonesia -- Kelontong modern
OK OCE menjadi sorotan. Program usaha yang diinisiasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Anies Baswedan -
Sandiaga Uno itu diisukan menutup lapaknya di Kalibata, Jakarta Selatan.
Namun, benarkah ritel yang dilahirkan dari Anies-Sandi itu menyetop operasionalnya?
Ketua Umum Perkumpulan Gerakan OK OCE (PGO) Faransyah Jaya menjelaskan ada dua jenis ritel OK OCE. Pertama, OK OCE Mart yang merupakan inisiasi dari tim relawan Anies - Sandi, dan kedua, Gerai OK OCE yang merupakan implementasi program Pemprov yang menggandeng PGO bekerja sama dengan PD Pasar Jaya untuk memasarkan hasil Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gerai OK OCE dan OK OCE Mart ini adalah dua manajemen yang berbeda," ujarnya kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (4/9).
Perbedaan mendasar antara Mart dan Gerai adalah pembinaannya. Untuk Mart, tidak ada pembinaan PD Pasar Jaya. Sedangkan, Gerai mendapatkan pembinaan yang meliputi pelayanan pelanggan hingga analisis bisnis.
Tadinya, ia menuturkan Mart diajak bergabung ke dalam PGO. Namun, beberapa pelaku usaha enggan lantaran ketentuan yang dibuat. Misalnya, 50 persen barang dipasok PD Pasar Jaya. Padahal, harga yang ditawarkan PD Pasar Jaya dianggap terlalu mahal.
"Waktu itu mereka keberatan, katanya mereka mungkin bisa mencari yang lebih murah dari PD Pasar Jaya," imbuh Faransyah.
Meski demikian, ia mengklaim pembinaan yang diberikan PD Pasar Jaya ini bisa dibilang bermanfaat. Ia berkisah salah satu pelajaran bisnis yang diberikan adalah analisis lokasi dan potensi pasar.
Jika saja Mart bergabung dengan PGO, mungkin kios-kiosnya tidak harus tutup dan merogoh kocek lagi untuk relokasi. "Karena tempatnya ini tidak profitable (menguntungkan), jadi mereka pindah," terang dia.
(bir)