Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Pertamina (Persero) berencana mengalokasi investasi di sektor hulu
migas pada tahun depan mencapai US$2,5 miliar hingga US$3 miliar atau sekitar Rp37,5 triliun hingga Rp45 triliun (asumsi kurs RAPBN 2019 Rp15 ribu per dolar AS). Alokasi ini lebih besar dari tahun ini yang mencapai sekitar US$2,3 miliar hingga US$2,4 miliar.
"Besaran tersebut masih di internal (perusahaan), belum pasti, karena kami masih harus meminta persetujuan dari Kementerian BUMN," ujar Senior Vice President Upstream Strategic Planning and Operation Evaluation Pertamina Meidawati di Jakarta, Rabu (7/11).
Kenaikan alokasi investasi terjadi seiring peningkatan target produksi minyak dan gas bumi (migas) perseroan. Meidawati menyebutkan, tahun depan, perusahaan menargetkan produksi minyak mentah mencapai 414 ribu barel per hari (bph), naik dari tahun ini yang hanya 400 ribu bph.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan produksi berasal dari sejumlah lapangan migas baru yang dikelola oleh anak usaha perseroan, salah satunya Lapangan Banyu Urip.
Sementara, target produksi gas turun dari 3.069 mmscfd menjadi 2.069 mmscfd. Hal itu terjadi karena penurunan tipis produksi gas di Blok Mahakam dan masalah produksi di Lapangan Pendopo di Sumatera Selatan.
Per September 2018, realisasi investasi sektor hulu perseroan berada di kisaran US$1 miliar. Sebagian besar investasi ditempatkan untuk meningkatkan produksi dan pengelolaan blok-blok terminasi.
Sementara realisasi produksi minyak mentah perseroan baru mencapai 384 ribu bph dan gas bumi 3.069 mmscfd.
Secara terpisah, Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengungkapkan perusahaan akan mengalokasikan investasi sekitar US$637 juta tahun depan, atau hampir sama dengan alokasi tahun ini. Sebagian besar investasi untuk pengembangan, pengeboran, eksplorasi, dan pengembangan fasilitas produksi.
Menurut Nanang, perusahaan ingin memastikan kegiatan investasi berdampak ke produksi. Untuk itu, perusahaan memprioritaskan investasi yang bisa cepat menghasilkan.
"Misalnya yang dapatnya lima hingga 10 tahun lagi, secara keekonomian berpengaruh. Nah, yang dua, tiga tahun bisa langsung ada dampaknya. Itu yang kami prioritaskan," kata dia.
Khusus untuk eksplorasi, pihaknya akan mengalokasikan sekitar 20 persen dari total investasi perusahaan.
"Biasanya, untuk eksplorasi itu setiap tahunnya berkisar US$150 juta tapi pernah juga US$200 juta," terang dia.
Tahun ini, perusahaan telah membelanjakan sekitar 70 persen dari total anggaran investasi yang mayoritas untuk pengeboran sumur. Dari target 90 sumur, perusahaan telah menggarap 70 sumur di mana 60 sumur di antaranya telah selesai.
"Akhir tahun, realisasi investasi bisa 100 persen," jelasnya.
(sfr/agi)