Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri China Li Keqiang mendorong agar kerja sama dagang dalam Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (
RCEP) dapat segera ditandatangani dan diselesaikan tahun depan. Hal itu diungkapkannya ketika menghadiri pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ASEAN di Singapura, Selasa (12/11).
Upaya yang didukung China untuk menyelesaikan kesepakatan tanpa Amerika Serikat ini akan kembali diusung tahun depan, setelah menteri perdagangan Asia-Pasifik tidak menemukan konsensus akan ketentuan-ketentuan kunci di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Singapura.
Dalam hal ini, RCEP dinilai dapat menjadi penangkal slogan Presiden AS Donald Trump "America First". Salah satunya terkait pengenaan tarif pada barang impor China ke AS dalam perang dagang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini (RCEP) akan memberikan manfaat nyata bagi orang-orang di wilayah kami," kata Li, mengutip dari
AFP, Selasa (13/11).
Ia mengaku China saat ini tengah menghadapi tantangan perdagangan dengan AS. Sikap keras antara keduanya, menurut Li, memang tidak akan menyelesaikan masalah diantara keduanya.
Namun, ia menegaskan China sudah menjadi standar tersendiri dalam perdagangan bebas secara global, terlebih saat ini pihaknya telah mengantongi kesepakatan dengan 16 negara RCEP.
"Ini akan menjadi pesan kepada masyarakat internasional bahwa kami beriringan dengan perdagangan bebas. Dengan meningkatnya proteksionisme dan tekanan pada perdagangan bebas, kami butuh untuk memajukan negosiasi RCEP," imbuhnya.
Sebagai informasi, saat ini para diplomat perdagangan yang mengikuti perundingan ini menyebut diskusi RCEP kemungkinan akan berkembang hingga tahun depan. Beberapa diantaranya melihat perkembangan dari perjanjian ini mengarah pada kemajuan yang semakin baik.
"Kami sangat senang dengan hal itu (RCEP) dan menuju ke arah yang benar," kata Menteri negara Selandia Baru untuk perdagangan dan pertumbuhan ekspor Damien O'Connor.
Respon positif juga datang dari India, dimana Menteri perdagangan India Suresh Prabhu menyebut masa depan perdagangan internasional terletak di RCEP.
Hingga saat ini RCEP masih menjadi kesepakatan perdagangan terbesar di dunia. Sebelumnya, pakta perjanjian ini mendapat dorongan pengesahan setelah Trump menarik AS keluar dari Trans-Pacific Partnership (TPP).
Pakta perjanjian yang didukung Beijing ini dapat dikatakan jauh lebih tidak ambisius daripada TPP di bidang-bidang seperti pekerjaan dan perlindungan lingkungan. Selain pembicaraan kegiatan perdagangan secara global, KTT ASEAN juga diharapkan mampu memberikan solusi terhadap sengketa maritim dan krisis Rohingya.
(mjs/agi)