Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk berhasil menekan
kerugiannya menjadi US$114,08 juta setara Rp1,66 triliun (kurs Rp14.600 per dolar AS) pada kuartal ketiga tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu US$222,03 juta atau setara Rp3,24 trilun.
Membaiknya kerugian perusahaan maskapai penerbangan pelat merah itu dikarenakan peningkatan pendapatan usaha sebesar 3,21 persen menjadi US$3,21 miliar. Dengan kontribusi terbesar berasal dari penerbangan berjadwal sebesar US$2,56 miliar.
Pendapatan usaha juga diperoleh dari penerbangan tidak berjadwal sebesar US$254,75 juta dan pendapatan lainnya sebesar US$397,96 juta. Untuk penerbangan tak berjadwal tercatat turun tipis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun rugi bersih emiten berkode GIAA ini membaik, tetapi keuntungan kurs perusahaan semakin melebar. Bila pada sembilan bulan pertama tahun lalu hanya US$16,03 juta, kini jumlahnya mencapai US$52,35 juta atau melejit sampai 226,57 persen.
Tak ayal, pos pendapatan usaha lainnya naik signifikan menjadi US$61,9 juta dari yang hanya US$14,92 juta. Sementara, jumlah beban usaha juga meningkat meski tipis dari US$3,23 miliar menjadi US$3,35 miliar.
Seperti pada periode sebelumnya, beban usaha terbesar dikontribusi oleh operasional penerbangan yang menyentuh angka US$2,02 miliar. Jumlah itu kian besar dari kuartal ketiga tahun lalu yang sebesar US$1,86 miliar.
Dari sisi aset, Garuda Indonesia membukukan pertumbuhan aset sebesar 9,3 persen menjadi US$4,11 miliar bila dibandingkan dengan akhir Desember 2017 sebesar US$3,76 miliar. Angka itu terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar US$2,28 miliar, liabilitas jangka panjang sebesar US$1,01 miliar, dan ekuitas sebesar US$808,42 juta.
Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal mengatakan perusahaan menargetkan rugi bersih bisa ditekan menjadi di bawah US$50 juta. Ini khususnya ditopang oleh musim liburan pada Desember 2018 mendatang.
"Lalu khususnya karena kenaikan harga di seluruh rute," kata Fuad kepada CNNIndonesia.com, Jumat (23/11).
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Ashkara menargetkan rugi bersih tahun ini bisa semakin ditekan hingga di bawah US$100 juta atau setara dengan Rp1,46 triliun.
Menurutnya, salah satu cara yang akan ditempuh manajemen adalah memperluas pasar dengan menyediakan fasilitas penerbangan tambahan untuk umrah, destinasi China, dan Jepang.
"Ini untuk carter dan domestik. Kemudian, rute-rute domestik yang sebelumnya dimiliki oleh pesaing," imbuh Ari.
Dengan cara itu, ia berharap beban karena pelemahan rupiah dan lonjakan harga minyak dunia bisa ditekan. Sekadar informasi, rupiah sejak awal tahun hingga awal November merosot hingga menyentuh Rp15.200 per dolar AS. Saat ini, rupiah boleh dibilang relatif stabil bertengger di kisaran Rp14.500 per dolar AS.
(aud/bir)