OJK Prediksi Laju Kredit Bank Stagnan 13 Persen pada 2019

CNN Indonesia
Kamis, 20 Des 2018 11:32 WIB
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan akan menyentuh kisaran 12-13 persen pada 2019.
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan akan menyentuh kisaran 12-13 persen pada 2019. Proyeksi ini menandakan pertumbuhan kredit bakal stagnan tahun depan, karena OJK juga memasang target laju penyaluran kredit pada angka yang sama tahun ini.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan proyeksi pertumbuhan kredit stagnan karena otoritas melihat potensi tekanan ekonomi tahun depan masih akan sama dengan tahun ini. Salah satunya, normalisasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve.

The Fed, katanya, masih akan melanjutkan tren kenaikan tingkat bunga acuan mereka pada tahun depan, demi memulangkan aliran modal (capital flow) ke Negeri Paman Sam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Meski tekanannya akan mereda, karena AS sepertinya menaikkan bunga acuannya tidak seagresif pada 2018," ujar Wimboh di kantornya, Rabu (19/12).

Menurut dia, tekanan ekonomi tahun depan juga akan berasal dari tensi perang dagang (trade war) antara AS dan China, meski tensi ketegangan bakal berkurang karena kedua sudah sempat berkomunikasi tahun ini.

Dalam komunikasinya, AS dan China sepakat untuk menangguhkan pembalasan tarif bea masuk impor untuk produk dari masing-masing negara selama 90 hari ke depan, sejak pertemuan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 November lalu.

"Tapi tensi trade war juga semestinya menurun karena China sudah mau membeli kembali beberapa barang komoditas dari Amerika," katanya.


Lebih lanjut, meski potensi tekanan ekonomi diperkirakan lebih rendah, namun OJK memasang target pertumbuhan kredit yang sama tahun depan karena volatilitas nilai tukar rupiah diperkirakan tidak setinggi tahun ini.

Tahun ini, sambungnya, volatilitas rupiah yang tinggi bahkan sempat menyentuh kisaran Rp15 ribu per dolar AS membuat nilai kredit berdenominasi valuta asing (valas) cukup tinggi ketika dikonversikan ke dalam rupiah.

Namun, volatilitas rupiah pada tahun depan diperkirakan tidak akan setinggi tahun ini, sehingga dampaknya ke pertumbuhan penyaluran kredit tidak begitu besar. Volatilitas rupiah yang mereda, katanya, sudah terjadi sejak November 2018 dan langsung berdampak pada pertumbuhan kredit bulan tersebut yang tak setinggi Oktober 2018.

"Ketika November, nilai tukar sudah melandai lagi ke kisaran Rp14 ribu per dolar AS, sehingga lebih rendah nilai ekuivalen, khususnya kredit valas. Tetapi Desember tradisinya naik karena perusahaan biasanya menarik dana untuk keperluan akhir tahun," terangnya.


Sementara itu, pertumbuhan kredit bank secara industri sebesar 12,05 persen pada November 2018, atau melambat dari bulan sebelumnya yang mencapai 13,5 persen pada Oktober 2018. "Akhir tahun ini 12-13 persen," imbuhnya.

Anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menambahkan proyeksi pertumbuhan kredit tahun depan juga didapat dari keyakinan industri yang menargetkan laju kredit dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) sebesar 12,32 persen pada tahun depan.

"Dengan melihat proyeksi mereka di RBB, saya jadi optimis pertumbuhan kredit akan 12-13 persen ke depan," pungkasnya. (uli/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER