Jakarta, CNN Indonesia -- Keputusan bank sentral
Amerika Serikat (AS)
Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan bulan ini tak berpengaruh negatif terhadap pasar keuangan. Nilai tukar
rupiah diperkirakan tetap berada di bawah Rp15 ribu per dolar Amerika Serikat (AS) sampai pengujung tahun ini.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai sikap The Fed memang sudah diprediksi oleh pelaku pasar (
price in). Dengan begitu, pasar tak kaget dan tak mengakibatkan gejolak di pasar.
"Orang kan sudah tahu akan terjadi, kecuali di luar dugaan. Kalau di luar dugaan itu baru pasar bereaksi besar," tutur Darmin, Kamis malam (20/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih, ia melihat pergerakan nilai tukar rupiah usai kenaikan The Fed masih tetap stabil. Mengutip RTI Infokom, rupiah kini berada di level Rp14.497 per dolar Amerika Serikat (AS).
Bila dilihat selama satu dan tiga bulan terakhir rupiah menguat masing-masing 0,3 persen dan 2,17 persen. Hanya saja, sepanjang tahun ini terkoreksi sebesar 6,93 persen dan secara tahunan melemah sebesar 6,9 persen.
"Sudahlah jangan terlalu menduga-duga setiap kali The Fed menaikkan suku bunga itu pasti nanti rupiah melemah, kan memang ini sudah diduga," ungkap Darmin.
Selain memperkirakan The Fed mengerek suku bunga acuan, pasar juga optimistis sejak bulan lalu Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuannya meski The Fed menaikkan lagi bulan ini.
Terlebih, BI juga sudah mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga The Fed bulan ini dengan mengerek suku bunga acuan menjadi enam persen pada November kemarin.
"Orang sudah menduga dari jauh-jauh hari, mereka sudah menyiapkan hitungannya," ucap Darmin.
Diketahui, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2,25-2,5 persen. Ini artinya, The Fed telah mengerek suku bunga acuan sebanyak empat kali tahun ini. Realisasi itu sesuai dengan pernyataan bank sentral AS sejak awal tahun.
(aud/lav)