Perilaku Ini Buktikan Masyarakat Sadar akan Lingkungan Sehat

Advertorial | CNN Indonesia
Kamis, 27 Des 2018 00:00 WIB
Tujuan akhir yang diharapkan dari pembangunan Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) melalui program Sanitasi Berbasis Masyarakat.
Jakarta, CNN Indonesia -- Tujuan akhir yang diharapkan dari pembangunan Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) melalui program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) dan Tempat Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) adalah perubahan perilaku hidup bersih dan sehat di tengah masyarakat.

Melalu program yang dibuat oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) ini, perilaku masyarakat yang tadinya akrab dengan lingkungan kotor dan rentan penyakit berubah menjadi berperilaku hidup bersih dan sehat. Warga pun jadi semakin sadar akan pentingnya membangun lingkungan yang asri dan sehat.

Hal tersebut dibuktikan dengan kebiasaan warga yang mulai memilah sampah dari rumah ke dalam dua jenis sampah, yaitu organik dan anorganik untuk kemudian diolah menjadi berbagai macam produk olahan sampah. Selain itu penghijauan pun marak dilakukan warga di pekarangan dan lahan terbuka di sekitar mereka.

Contoh perubahan perilaku masyarakat seperti ini bisa dilihat di Desa Gondosuli, Dusun Ngemplak, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Masyarakat di Desa Gondosuli kini adalah masyarakat yang sadar akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan, di antaranya mulai mengolah sampah melalui TPS3R.

"Alhamdulillah sudah banyak perubahan. Terutama kesadaran masyarakat untuk memilah sampah dari rumah tangga," jelas Ketua KSM Gondosuli, Sri Wahyuni.

TPS3R di Desa Gondosuli mulai dibangun pada 2016. Sejak saat itu TPS3R menjadi jalan keluar yang baik untuk pengelolaan sampah desa. Petugas di TPS3R secara rutin menjemput sampah warga untuk kemudian diolah menjadi produk olahan sampah, seperti kompos dari sampah organik.

Kepala Desa Gondosuli, Abdul Fatih mengungkapkan sebelum adanya TPS3R ini masyarakat desa membuang sampah sembarangan ke sungai atau pinggir jalan. Hal ini seringkali menyebabkan selokan tersumbat sampah ketika musim hujan. Namun semua kian membaik setelah adanya TPS3R.

"Sebelumnya saya pilah (sampahnya). Yang organik saya buang ke sawah, yang nonorganik saya bakar buat memasak. Plastiknya kan saya pakai buat menyalakan api agar cepat menyala," kata salah seorang warga penerima manfaat, Udi Lestari.

Hal yang sama pun terjadi di Desa Cemba, Enrekang, Sulawesi Selatan. Kepala Desa Cemba, Jumadi Maulana mengaku sebelum adanya program Sanimas yang masuk ke desanya bahkan perosoalan lingkungan seringkali bukan hanya menimbulkan masalah kesehatan, namun juga pertikaian antarwarga.

"Jadi kondisi masyarakat saya sebelum ada Sanimas kotor sekali, limbah amburadul, tidak teratur, bahkan di samping-samping rumah kami baunya sangat menyengat. Bahkan sudah ada warga yang datang ke rumah persoalan dampak dari limbah ini kemarin ada warga saya yang cekcok karena persoalan itu karena limbahnya itu lewat di depan rumahnya," ujar Jumadi.

Setelah ada hasil nyata dari Sanimas, yaitu berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal (IPAL Komunal) kini setiap rumah di Desa Cemba sudah memiliki toiletnya masing-masing. Lebih dari itu kini warga pun mengisi pekarang rumahya dengan berbagai tanaman hias maupun sayur dan buah yang bisa dikonsumsi sehari-hari.

"Itu perkara di setiap rumah. Samping-samping rumah airnya tergenang, kotoran, itu sumber penyakit. Setelah ada IPAL Alhamdulillah di samping-samping rumah bisa ditanami sayuran untuk dikonsumsi kebutuhan sehari-hari," ungkap Ketua KSM Sipatuju, Baharuddin.

Selain Desa Gondosuli dan Desa Cemba, perubahan perilaku masyarakat juga terjadi di Desa Selindung, Kecamatan Gabek, Pangkal Pinang. Masyarakat Desa Selindung memandang persoalan sampah adalah masalah yang riskan karena setiap hari diproduksi/dihasilkan. Dari hal ini pula lah muncul kesadaran untuk mengolah sampah.

Pengolahan sampah di Desa Selindung dibantu dengan adanya TPS3R. Seperti TPS3R lainnya, melalui TPS3R ini, sampah warga juga dipisahkan menjadi sampah organik dan anorganik untuk kemudian diolah menjadi produk olahan sampah.

"Pertama, mengambil sampah ke masyarakat, sudahnya memilah dan membersihkan, yang keempat kita ada pesanan bio ball filter IPAL," kata Ketua KSM Kawa Begawe, Jamil.

Bio ball filter ini juga menjadi pembeda dari pengolahan sampah biasanya yang cenderung untuk menjual sampah anorganik ke pengepul. Pembuatan bio ball filter digunakan untuk IPAL yang ada di Desa Selindung. Proses pembuatannya pun memberdayakan ibu-ibu yang kemudian turut merasakan keuntungan dari sisi finansialnya juga.

"Dulu kan sampahnya kita gak tahu bahwa sampah-sampah itu bermanfaat. Kalau dulu dibakar. Sekarang kan sudah tahu sampah itu ada manfaatnya, maka sekarang sampah itu bisa dipilah-pilah, yang basah-basah, yang kering-kering," kata salah seorang warga penerima manfaat, Annisa. (adv/adv)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER