Jakarta, CNN Indonesia -- Sungai Citarum yang mengalir sepanjang 269 km melintasi 12 kabupaten dan kota membuatnnya menjadi sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Barat. Oleh sebab itu, kondisi sungai dan lingkungan di sekitarnya patut dijaga untuk kelestarian sungai dan warga di sepanjang aliran Sungai Citarum.
Sayangnya, kondisi Sungai Citarum saat ini berkebalikan dengan tujuan tersebut karena airnya tercemar oleh sampah dan limbah. Perilaku masyarakat di sekitar bantaran Sungai Citarum berkontribusi pada pencemaran sampah dan air limbah domestik.
Oleh sebab itu, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR), mencanangkan upaya restorasi Sungai Citarum dengan melibatkan banyak pihak. KemenPUPR pun membuat program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) dan Tempat Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) melalui program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM).
Pembangunan infrastruktur Sanimas dan TPS3R di beberapa titik lokasi di sekitar aliran dan anak Sungai Citarum bertujuan memecahkan persoalan sampah dan limbah tersebut. Selain itu, adanya program ini juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga sanitasi dan lingkungan.
Perubahan perilaku masyarakat ini mulai terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Bandung. Masyarakat di tiga lokasi ini sadar betul dengan berkah air sungai di sekitar mereka. Mereka pun makin semangat dengan hadirnya Sanimas dan TPS3R di sana. Desa pun semakin bersih, asri, dan sehat.
Misalnya di Desa Ciptagumati, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. Masyarakatnya peduli kepada lingkungan dan Sungai Cilurah yang mengaliri desa mereka. Sungai Cilurah yang mengaliri desa ini merupakan salah satu anak Sungai Citarum yang juga harus dijaga kelestariannya.
Masyarakat Desa Ciptagumati setiap tiga bulan sekali melakukan kegiatan bersih-bersih sungai, termasuk merapikan pinggiran dan aliran sungai dari sampah yang dapat menghambat aliran air sungai. Kegiatan ini merupakan salah satu program Padat Karya Tunai (PKT).
Tak hanya itu, kepedulian masyarakat Desa Ciptagumati terhadap masalah sampah juga menghadirkan program TPS3R di desa tersebut.
"Alhamdulilah dengan adanya pengolah sampah, masyarakat sekarang sebagian besar sudah mengerti manfaat sampah, terus bencana sampah," kata Kepala Desa Ciptagumati, Ade Suparman.
Selain menjaga lingkungan, termasuk sungai, tetap bersih dan lestari, adanya TPS3R ini menambah penghasilan warga karena sampah hasil pilahan warga diolah menjadi berbagai jenis olahan yang bernilai ekonomis.
Hal sama juga terjadi di Kampung Kaca Kaca, Desa Pasirmulya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Kepala Desa Pasirmulya, Rukma Supriadi, bahkan menyebut pencemaran di desanya terjadi di antaranya karena warganya memiliki kebiasaan buang air sembarangan.
"Contohnya ada kali di kali, itu menghawatirkan. Di bawahnya itu masyarakat kan ada yang pakai sungai, ada yang ke kolam, itu ditampung oleh masyarakat sehingga bisa mencemari masyarakat, tapi sudah ada Sanimas sekarang alhamdulillah masyarakat mulai sadar kebersihan gitu," ungkap Rukma.
Untuk menjalankan program Sanimas, masyarakat Pasirmulya hanya perlu membayar iuran Rp 5.000 sebagai perawatan saluran-saluran Sanimas yang ada di rumahnya. Walau begitu, warga mengaku tak terbebani karena merasakan dampak positifnya.
"Sebelum ini (ada Sanimas) nggak punya
septic tank, nggak punya tempat pembuangan air besar," ujar salah satu warga penerima manfaat, Dede.
Agar program ini terus berjalan, 17 orang warga pun diberdayakan. Selain itu, KPP Karya Mukti terus melakukan sosialisasi kepada warga mengenai manfaat menjaga lingkungan dan memiliki kebiasaan hidup sehat.
Tak hanya sampai di situ, semangat warga membuat Sungai Citarum menjadi bersih pun ditunjukkan oleh warga Dusun Cibembem, Cimanggung, Sumedang. Sebelum ada sosialisasi menjaga kebersihan lingkungan, warga desa di sini membuang sampah sembarangan, baik itu di sungai atau di kebun.
"Kita menyadari benar bahwa Cimanggung salah satu bagian daripada hulu Sungai Citarum bagian timur. Merupakan salah satu hal yang sangat terenyuh bagi saya selaku kepala desa memikirkan tatanan lingkungan hidup," ujar Kepala Desa Cimanggung, Yayat Hidayat.
Berangkat dari masalah, warga Desa Cimanggung pun tergerak untuk membuat sebuah TPS 3R untuk mengolah sampahnya. Pembangunan TPS3R di Desa Cimanggung menggunakan APBN 2016.
"Sebelum ada TPS3R sampah itu (buangnya) sembarangan ke mana saja, terus ada yang dibakar, ada yang dibuang ke sungai, tapi setelah ada (TPS3R) alhamdulillah jadi lingkungan sehat," kata salah seorang warga penerima manfaat, Mimin Mintarsih.
Segala upaya restorasi Sungai Citarum yang dilakukan masyarakat di desa-desa sekitar sungai adalah visi besar pemerintah dalam membuat program Citarum Harum. Memang bukan proses yang mudah, tapi dari hal ini diharapkan generasi ke depannya bisa merasakan manfaat dari upaya restorasi yang dilakukan saat ini.
(adv/adv)