Luhut soal Bela Sawit dan Mirip Trump: Walhi Harus Belajar

CNN Indonesia
Sabtu, 30 Mar 2019 10:47 WIB
Luhut yang mengancam RI keluar dari kesepakatan Paris akibat diskriminasi sawit Eropa dinilai Walhi bentuk keberpihakan pada korporasi dan mirip dengan Trump.
Pernyataan Menteri Koordinator Bidang kemaritiman Luhut Panjaitan yang mengancam RI keluar dari kesepakatan Paris akibat diskriminasi sawit Eropa dinilai Walhi bentuk keberpihakan pada korporasi dan mirip dengan Trump. (REUTERS/Darren Whiteside)
Surabaya, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menjawab kritikan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), yang menyamakan dirinya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Walhi mengkritik pernyataan Luhut yang mengancam Indonesia akan keluar dari Kesepakatan Perubahan Iklim Paris terkait keluarnya kebijakan Uni Eropa terhadap diskriminasi produk sawit. Sikap itu dinilai Walhi sebagai upaya Luhut untuk membela kepentingan korporasi yang merusak lingkungan.

Luhut pun merasa tak terima. Menurutnya jika sawit dikelola dengan profesional dan benar, tumbuhan itu tak akan berdampak buruk bagi lingkungan. Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini bahkan meminta Walhi untuk belajar lagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ndak, kalau (sawit) kita kelola dengan benar, tidak merusak lingkungan, siapa bilang. Hasil penelitian Stanford University tidak, lebih merusak soy bean dari pada palm oil. Jangan salah. Walhi itu harus belajar juga, jangan asal ngomong aja," ujar dia, saat ditemui di Surabaya, Jumat (29/3).


Ia pun berpesan kepada Walhi, agar memahami betul pernyataanya tentang Kesepakatan Perubahan Iklim Paris, yang mendiskriminasi komoditas sawit di Indonesia.

"Walhi itu, dengarkan baik-baik, saya bilang kami itu mempertimbangkan setiap opsi untuk menjawab tindakan dari Uni Eropa sampai kepada opsi yang paling jelek yaitu keluar dari Paris Agreement," ungkap dia.

Tak hanya itu, Luhut juga mengklaim bahwa ekspor produk sawit telah berkontribusi banyak terhadap penurunan angka kemiskinan di Indonesia hingga di bawah 10 persen.

"Salah satunya karena sawit. Salah duanya karena dana desa," kata dia.

Luhut pun enggan berkomentar soal dirinya yang disamakan dengan Trump, karena akan mundur Kesepakatan Perubahan Iklim Paris. Trump sendiri resmi mengundurkan diri dari kesepakatan itu pada Juni 2017 lalu.

"Enggak tahu, saya belum tahu, saya bukan Trump, saya Luhut Panjaitan," kata dia.

Luhut menambahkan, ia juga mengecam pihak asing yang sering kali turut mencampuri permasalahan lingkungan hidup Indonesia. Baginya, pemerintahan kini sudah tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana mengelolanya.

"Ya iya dong, kita kan tahu apa yang baik buat kita, masak orang eropa lebih tahu lingkungan (Indonesia). Memangnya dia pikir, kita gak mikirin masa depan rakyat indonesia, sangat mikirin lah," ujarnya.


Sebelumnya, Walhi mengkritik pernyataan Luhut yang menyatakan pemerintah Indonesia mengancam untuk keluar dari Kesepakatan Perubahan Iklim Paris terkait keluarnya kebijakan Uni Eropa terhadap diskriminasi produk sawit.

Manajer Kampanye Iklim dan Keadilan Walhi, Yuyun Harmono lantas menyamakan sikap Luhut tersebut dengan sikap Presiden Donald Trump yang memutuskan mundur dari kesepakatan iklim Paris demi membela kepentingan korporasi yang merusak lingkungan.

"Kalau kita (Indonesia) sampai keluar, ya kita menyamakan level (Luhut) dengan Trump. Kalau Trump keluar dari Paris Aggrement karena membela industri batu bara, kalau Luhut ya membela besar-besaran sawit. Dua-duanya sama merusak lingkungan," jelas Yuyun. (frd/agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER