
BI Ubah Hitungan Rasio Likuiditas Bank Demi Kerek Kredit
CNN Indonesia | Jumat, 20/09/2019 11:13 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) berencana mengubah formulasi perhitungan Rasio Intermediasi Makro prudensial (RIM) agar perbankan punya ruang lebih dalam menyalurkan kredit.
Sekadar informasi, RIM merupakan perluasan dari rasio pinjaman terhadap pendanaan, atau kerap disebut Loan to Funding Ratio (LFR). Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa besar ruang perbankan di dalam menyalurkan kredit.
Secara rinci, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan sebelumnya RIM dihitung dari kredit dan surat berharga yang dimiliki bank dibagi dengan pendanaan ditambah surat berharga yang diterbitkan bank. Namun, di dalam formulasi baru, RIM dihitung dengan formulasi kredit dan surat berharga yang dimiliki bank dibagi dengan pendanaan ditambah surat berharga yang diterbitkan bank ditambah pinjaman yang diterima perbankan.
Hanya saja, pinjaman yang dimasukkan ke dalam formulasi ini tidak termasuk pinjaman yang masih punya sisa jangka waktu di bawah satu tahun dan antar bank dalam negeri. "Dan ini akan berlaku mulai 2 Desember 2019 mendatang," jelas Perry, Kamis (19/9).
Perry melanjutkan, kebijakan ini ditempuh karena mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, saat ini rata-rata RIM perbankan berada di angka 93,1 persen, sementara batas atas RIM yang ditetapkan BI adalah 94 persen.
Dengan kata lain, ia tak ingin penyaluran kredit perbankan terhalang oleh rasio RIM. Kedua, BI ingin mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit agar pertumbuhan domestik masih tetap cemerlang meski situasi ekonomi global masih gonjang-ganjing.
Terlebih, pertumbuhan kredit pun melambat. Data BI menunjukkan, pertumbuhan kredit pada Juli terbilang 9,6 persen secara tahunan (year-on-year) atau melemah dibanding bulan sebelumnya 9,9 persen.
"Setelah kami hitung, perubahan formulasi dengan memasukkan wholesale funding ini bisa meningkatkan kapasitas perbankan sebesar Rp128 triliun dalam menyalurkan kredit," tutur dia.
[Gambas:Video CNN]
Ia mengatakan perubahan formulasi RIM bisa kian efektif setelah BI menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) dan menurunkan ketentuan uang muka untuk kredit properti dan kendaraan.
Menurut dia, penurunan suku bunga acuan BI dan perubahan formulasi RIM ditujukan untuk memperbaiki penyaluran kredit dari sisi penawaran. Sementara itu, pelonggaran Loan to Value (LTV) ditujukan untuk menggerakkan kredit dari sisi permintaan.
"Jika demand-supply ini ada dorongan, maka kami harapkan ekonomi bisa bergerak naik," pungkas Perry.
(glh/agt)
Sekadar informasi, RIM merupakan perluasan dari rasio pinjaman terhadap pendanaan, atau kerap disebut Loan to Funding Ratio (LFR). Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa besar ruang perbankan di dalam menyalurkan kredit.
Secara rinci, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan sebelumnya RIM dihitung dari kredit dan surat berharga yang dimiliki bank dibagi dengan pendanaan ditambah surat berharga yang diterbitkan bank. Namun, di dalam formulasi baru, RIM dihitung dengan formulasi kredit dan surat berharga yang dimiliki bank dibagi dengan pendanaan ditambah surat berharga yang diterbitkan bank ditambah pinjaman yang diterima perbankan.
Hanya saja, pinjaman yang dimasukkan ke dalam formulasi ini tidak termasuk pinjaman yang masih punya sisa jangka waktu di bawah satu tahun dan antar bank dalam negeri. "Dan ini akan berlaku mulai 2 Desember 2019 mendatang," jelas Perry, Kamis (19/9).
Dengan kata lain, ia tak ingin penyaluran kredit perbankan terhalang oleh rasio RIM. Kedua, BI ingin mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit agar pertumbuhan domestik masih tetap cemerlang meski situasi ekonomi global masih gonjang-ganjing.
Terlebih, pertumbuhan kredit pun melambat. Data BI menunjukkan, pertumbuhan kredit pada Juli terbilang 9,6 persen secara tahunan (year-on-year) atau melemah dibanding bulan sebelumnya 9,9 persen.
"Setelah kami hitung, perubahan formulasi dengan memasukkan wholesale funding ini bisa meningkatkan kapasitas perbankan sebesar Rp128 triliun dalam menyalurkan kredit," tutur dia.
[Gambas:Video CNN]
Ia mengatakan perubahan formulasi RIM bisa kian efektif setelah BI menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) dan menurunkan ketentuan uang muka untuk kredit properti dan kendaraan.
Menurut dia, penurunan suku bunga acuan BI dan perubahan formulasi RIM ditujukan untuk memperbaiki penyaluran kredit dari sisi penawaran. Sementara itu, pelonggaran Loan to Value (LTV) ditujukan untuk menggerakkan kredit dari sisi permintaan.
"Jika demand-supply ini ada dorongan, maka kami harapkan ekonomi bisa bergerak naik," pungkas Perry.
ARTIKEL TERKAIT

Bunga Acuan Turun, Rupiah Melemah Jadi Rp14.085 per Dolar AS
Ekonomi 2 bulan yang lalu
Bunga Acuan Turun, BI Tegaskan Tidak 'Latah' Ikuti The Fed
Ekonomi 2 bulan yang lalu
BI Turunkan DP Rumah Tipe 70 Jadi 10 Persen Mulai Desember
Ekonomi 2 bulan yang lalu
OJK Minta Masyarakat Waspada Tawaran Utang Lewat HP
Ekonomi 2 bulan yang lalu
Tekanan Global Disebut Bikin Bank Selektif Kucurkan Utang
Ekonomi 2 bulan yang lalu
Pilih-pilih Opsi Membiayai Pendidikan Anak
Ekonomi 2 bulan yang lalu
BACA JUGA

Kredivo Dapat Modal Salurkan Kredit Rp1 Triliun
Teknologi • 27 November 2019 20:54
Uang Muka Motor dan Mobil Turun Hingga 10 Persen Per Desember
Teknologi • 19 September 2019 20:01
Blockchain Disebut Bisa jadi Solusi Masalah Perbankan
Teknologi • 15 August 2019 12:32
Kasus e-KTP, Agus Martowardojo Penuhi Panggilan KPK
Nasional • 17 May 2019 11:29
TERPOPULER

Usai Kasus Harley, Pesawat Garuda Dikabarkan Bawa Ferrari
Ekonomi • 1 jam yang lalu
Edi Sukmoro, Vokalis Band 'Wajan dan Ember' yang Jadi Bos KAI
Ekonomi 52 menit yang lalu
Pelaku e-Commerce Resah dengan Aturan Perdagangan Online
Ekonomi 2 jam yang lalu