
Harga Batu Bara Acuan Oktober Merosot Jadi US$64,8 per Ton
CNN Indonesia | Senin, 07/10/2019 17:20 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara acuan (HBA) Oktober 2019 sebesar US$64,8 per ton atau terkoreksi 1,5 persen dibandingkan dengan September 2019 lalu, US$65,79 per ton.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menyatakan sentimen penggerak harga batu bara acuan masih sama seperti bulan lalu, yakni perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Masih ada perang dagang AS dan China. Masih sama seperti bulan lalu," ucapnya, Senin (7/10).
Sementara, menurutnya, banjir yang terjadi di salah satu tambang batu bara terbesar Coal India Ltd di India belum mempengaruhi harga batu bara acuan bulan ini. Ia memprediksi bencana itu baru akan berdampak terhadap harga batu bara bulan depan.
"Banjir di India seharusnya membuat harga naik, mungkin bulan depan baru naik ya," tuturnya.
Pada Agustus lalu, HBA sempat naik dari US$71,92 per ton menjadi US$72,67 per ton lantaran pasar energi yang membaik. Kondisi itu tercermin dari kenaikan permintaan dari China dan Korea. "Selain itu, adanya gangguan pasokan batu bara dari tambang di Australia menyebabkan indeks Global Coal dan Newcastle mengalami penguatan," jelasnya.
Kendati demikian, Kementerian ESDM mengakui harga batu bara mengalami tren pelemahan pada tahun ini. Bahkan, HBA yang ditetapkan pada Juli 2019 lalu sebesar US$71,92 per ton merupakan yang terendah dalam 2,5 tahun terakhir.
Sebagai informasi, HBA diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts 5900 pada bulan sebelumnya.
[Gambas:Video CNN] (aud/sfr)
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menyatakan sentimen penggerak harga batu bara acuan masih sama seperti bulan lalu, yakni perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Masih ada perang dagang AS dan China. Masih sama seperti bulan lalu," ucapnya, Senin (7/10).
Sementara, menurutnya, banjir yang terjadi di salah satu tambang batu bara terbesar Coal India Ltd di India belum mempengaruhi harga batu bara acuan bulan ini. Ia memprediksi bencana itu baru akan berdampak terhadap harga batu bara bulan depan.
Pada Agustus lalu, HBA sempat naik dari US$71,92 per ton menjadi US$72,67 per ton lantaran pasar energi yang membaik. Kondisi itu tercermin dari kenaikan permintaan dari China dan Korea. "Selain itu, adanya gangguan pasokan batu bara dari tambang di Australia menyebabkan indeks Global Coal dan Newcastle mengalami penguatan," jelasnya.
Kendati demikian, Kementerian ESDM mengakui harga batu bara mengalami tren pelemahan pada tahun ini. Bahkan, HBA yang ditetapkan pada Juli 2019 lalu sebesar US$71,92 per ton merupakan yang terendah dalam 2,5 tahun terakhir.
Sebagai informasi, HBA diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platts 5900 pada bulan sebelumnya.
[Gambas:Video CNN] (aud/sfr)
ARTIKEL TERKAIT

Arcandra Klaim 'Gross Split' Bikin Negara Hemat US$1,66 M
Ekonomi 2 bulan yang lalu
ESDM Taksir Cadangan Nikel RI Hanya Tahan 10 Tahun Lagi
Ekonomi 2 bulan yang lalu
Pemerintah Evaluasi Harga Penawaran Divestasi Saham Vale
Ekonomi 2 bulan yang lalu
Pemerintah Serahkan Nasib Revisi UU Minerba ke DPR Baru
Ekonomi 2 bulan yang lalu
Tak Disahkan, ESDM Sebut DIM RUU Minerba Belum Final
Ekonomi 2 bulan yang lalu
Operasi 2020, Progres Proyek PLTU Batang Capai 83 Persen
Ekonomi 2 bulan yang lalu
BACA JUGA

Mobil Diesel B30 Lebih Cepat Ganti Saringan Bahan Bakar
Teknologi • 29 November 2019 08:41
KPK Sebut ESDM Abaikan Informasi Ribuan Izin Tambang Ilegal
Nasional • 27 November 2019 15:32
Spesifikasi B30, Disebut Tak Signifikan 'Ganggu' Mesin Diesel
Teknologi • 20 November 2019 18:02
Badan Geologi Kementerian ESDM Jelaskan Longsor di Kaltara
Teknologi • 05 November 2019 03:04
TERPOPULER

Jokowi Targetkan Tol JORR II Selesai Akhir 2020
Ekonomi • 4 jam yang lalu
OPEC Akan Pangkas Produksi Minyak 1,7 Juta Barel per Hari
Ekonomi 2 jam yang lalu
Ganti Direksi Garuda Terlibat Harley Ilegal Diputus di RUPSLB
Ekonomi 7 jam yang lalu