Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian
Airlangga Hartarto menilai Indonesia perlu segera memperkuat perlindungan terhadap pasar domestik. Perlindungan perlu dilakukan karena
perekonomian China terus menurun.
Pelemahan ekonomi Negeri Tirai Bambu dikatakannya bisa berpotensi menekan industri di dalam negeri. Ia menjelaskan industri Tanah Air bisa tertekan ketika ekonomi China melemah.
Pasalnya, keterpurukan ekonomi China akan menekan kinerja ekspor Indonesia. Sebab, pelemahan ekonomi China bisa membuat permintaan akan produk impor dari Indonesia berkurang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya menekan ekspor, pelemahan ekonomi China juga bisa membuat Indonesia kebanjiran barang impor asal China yang tak terserap masyarakat di sana. Pasalnya, pelemahan ekonomi membuat daya beli masyarakat China ikut melorot, sehingga industri akan berusaha menutupnya dengan memasuki pasar-pasar negara lain.
"Ini bisa membuat China membanjiri Indonesia, itu yang kami khawatirkan. Untuk itu, perlu ada perlindungan pasar dalam negeri," kata Airlangga kepada CNNIndonesia.com, Jumat (18/10).
Sayangnya, Airlangga belum bisa merinci seperti apa saja bentuk perlindungan pasar dalam negeri yang perlu dilakukan pemerintah. Namun, ia menyebut salah satu kebijakan yang sejatinya sudah dilakukan adalah mengeluarkan aturan tentang Identitas Peralatan Seluler Internasional (International Mobile Equipment Identity/IMEI).
"Misalnya IMEI, ini kami sengaja keluarkan sehingga barang selundupan bisa dihilangkan, termasuk yang dari luar negeri," katanya.
Di sisi lain, ia melihat industri dalam negeri harus bisa dipacu lebih cepat berproduksi ketika ekonomi China melemah. Percepatan perlu dilakukan agar ketika ekonomi negara mitra dagang kedua terbesar Indonesia tersebut sudah mulai naik lagi, maka pasokan hasil industri bisa segera dijual ke China.
[Gambas:Video CNN]"Ini kesempatan untuk mempersiapkan produksi. Pada saat ekonomi turun, capital goods cenderung turun, tapi begitu naik, kita sudah siap," terangnya.
Kendati begitu, ia enggan memberi proyeksi lebih jauh mengenai seberapa besar pelemahan ekonomi China bisa melemahkan sektor industri Indonesia. "Tidak bisa lihat China saja karena tentu industri juga melihat ekonomi global dan domestik itu sendiri," tuturnya.
Sebelumnya, Biro Statistik China mencatat pertumbuhan ekonomi negara itu hanya berada di angka 6 persen pada kuartal III 2019. Kinerja perekonomian negara itu turun dari 6,2 persen pada kuartal II 2019.
Juru Bicara Biro Statistik China Mao Shengyong mengatakan bahwa China menghadapi risiko dan tantangan ekonomi yang luar biasa dari dalam maupun luar negeri. Ini yang menyebabkan penurunan ekonomi pada periode Juli-September 2019.
Dari luar negeri, tantangan berasal dari perang dagang dengan AS. Sementara dari dalam, ada perlambatan ekonomi domestik dan kenaikan harga daging akibat wabah babi di negara tersebut. China sendiri telah mendorong langkah-langkah stimulus pada tahun ini dengan meningkatkan tingkat penggantian pajak untuk eksportir terkait dengan pengenaan tarif AS.
Kemudian, meningkatkan pinjaman bank serta mengerek pengeluaran pada proyek-proyek infrastruktur utama termasuk jalan dan kereta api.
(uli/agt)