
BI Tahan Suku Bunga Acuan 5 Persen pada November 2019
CNN Indonesia | Kamis, 21/11/2019 14:34 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) di posisi 5 persen pada November 2019. Begitu pula dengan tingkat suku bunga deposit facility dan bunga lending facility masing-masing tetap di 4,25 persen dan 5,75 persen.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 20-21 November 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7DRRR di posisi 5 persen," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo di Kompleks Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/11).
Perry mengatakan keputusan ini dipengaruhi oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3 persen pada tahun ini. Proyeksi ini terpengaruh hubungan dagang Amerika Serikat dan China.
Pertumbuhan kedua negara juga diperkirakan menurun karena ketegangan dagang mempengaruhi iklim investasi dan perdagangan di kedua negara. Begitu pula dengan negara-negara lain, seperti Jepang dan di kawasan Eropa.
"Hal ini turut mempengaruhi aliran modal asing ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," katanya.
Sementara dari dalam negeri, bank sentral nasional memperhitungkan sejumlah indikator. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02 persen pada kuartal III 2019.
Berdasarkan indikator, ia menyatakan konsumsi rumah tangga sejatinya masih cukup terjaga akibat kebijakan bantuan sosial (bansos) dari pemerintah. Begitu pula dengan proyek infrastruktur, khususnya dengan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Kendati begitu, ekspor dan impor masih cukup tertekan. "Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik pada kuartal IV 2019. Secara keseluruhan, pertumbuhan diperkirakan mencapa 5,1 persen," tuturnya.
Kedua, neraca pembayaran kuartal III 2019 yang diperkirakan membaik, sehingga menopang ekonomi di tengah tekanan eksternal. "Secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia diperkirakan surplus ditopang oleh aliran modal asing," ujarnya.
Ketiga, cadangan devisa tercatat sebesar US$126,7 miliar. Jumlah ini setara pembiayaan 7,1 bulan impor dan di atas kecukupan internasional. Keempat, nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 2,03 persen dari awal tahun hingga akhir November 2019.
"Penguatan didukung pasokan valas dari eksportir dan aliran modal asing serta daya tarik ekonomi dan pasar uang," ungkapnya.
Perry melihat rupiah akan tetap stabil sesuai fundamental dengan bekerjanya mekanisme pasar yang lebih baik ke depan. Selain itu, turut dipengaruhi oleh menurunnya prospek ekonomi domestik dan daya tarik Indonesia di mata global.
Kelima, inflasi cukup stabil di 0,02 persen secara bulanan dan 3,13 persen secara tahunan pada Oktober 2019. Perkiraannya, inflasi berada di bawah titik tengah target sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen pada 2019.
[Gambas:Video CNN] (uli/sfr)
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 20-21 November 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7DRRR di posisi 5 persen," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo di Kompleks Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/11).
Perry mengatakan keputusan ini dipengaruhi oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3 persen pada tahun ini. Proyeksi ini terpengaruh hubungan dagang Amerika Serikat dan China.
Pertumbuhan kedua negara juga diperkirakan menurun karena ketegangan dagang mempengaruhi iklim investasi dan perdagangan di kedua negara. Begitu pula dengan negara-negara lain, seperti Jepang dan di kawasan Eropa.
Sementara dari dalam negeri, bank sentral nasional memperhitungkan sejumlah indikator. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02 persen pada kuartal III 2019.
Berdasarkan indikator, ia menyatakan konsumsi rumah tangga sejatinya masih cukup terjaga akibat kebijakan bantuan sosial (bansos) dari pemerintah. Begitu pula dengan proyek infrastruktur, khususnya dengan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Kendati begitu, ekspor dan impor masih cukup tertekan. "Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik pada kuartal IV 2019. Secara keseluruhan, pertumbuhan diperkirakan mencapa 5,1 persen," tuturnya.
Ketiga, cadangan devisa tercatat sebesar US$126,7 miliar. Jumlah ini setara pembiayaan 7,1 bulan impor dan di atas kecukupan internasional. Keempat, nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 2,03 persen dari awal tahun hingga akhir November 2019.
"Penguatan didukung pasokan valas dari eksportir dan aliran modal asing serta daya tarik ekonomi dan pasar uang," ungkapnya.
Perry melihat rupiah akan tetap stabil sesuai fundamental dengan bekerjanya mekanisme pasar yang lebih baik ke depan. Selain itu, turut dipengaruhi oleh menurunnya prospek ekonomi domestik dan daya tarik Indonesia di mata global.
Kelima, inflasi cukup stabil di 0,02 persen secara bulanan dan 3,13 persen secara tahunan pada Oktober 2019. Perkiraannya, inflasi berada di bawah titik tengah target sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen pada 2019.
[Gambas:Video CNN] (uli/sfr)
ARTIKEL TERKAIT

Bos BI Sebut Digitalisasi Bisa Dongkrak Ekonomi Syariah
Ekonomi 3 minggu yang lalu
BI Sebut Potensi Dana Wakaf Capai Rp3.000 Triliun
Ekonomi 3 minggu yang lalu
BI Ungkap Alasan Suku Bunga Acuan Sulit Turun
Ekonomi 3 minggu yang lalu
BI Bayar Gaji Pegawai Rp3,75 Triliun Tahun Depan
Ekonomi 3 minggu yang lalu
Survei BI, Harga Hunian Masih Sulit Tumbuh
Ekonomi 3 minggu yang lalu
BI Bagikan 1000 Kotak Amal Ber-QR Code ke Rumah Ibadah
Ekonomi 3 minggu yang lalu
BACA JUGA

Uang Muka Motor dan Mobil Turun Hingga 10 Persen Per Desember
Teknologi • 19 September 2019 20:01
Kasus e-KTP, Agus Martowardojo Penuhi Panggilan KPK
Nasional • 17 May 2019 11:29
KPK Cegah Eks Bos Century Robert Tantular Keluar Negeri
Nasional • 28 December 2018 02:12
Negara Rugi Rp8 T, KPK Janji Tuntaskan Kasus Bank Century
Nasional • 21 November 2018 23:03
TERPOPULER

Awak Kabin Heran Istri Eks Dirut Garuda Ikut 'Jemput' Pesawat
Ekonomi • 7 jam yang lalu
Awak Kabin Buka 'Borok' Ari Askhara Selama Jadi Dirut Garuda
Ekonomi 8 jam yang lalu
Menhub Bantu Erick Thohir 'Bersih-bersih' Garuda
Ekonomi 5 jam yang lalu