Percuma Fintech Bakar Uang Kalau Konsumen Tak Setia

Agnes Savithri | CNN Indonesia
Jumat, 17 Jan 2020 15:39 WIB
Bejibun tawaran cashback dari fintech untuk gunakan e-money. Lantas, apakah menjadi jaminan konsumen setia?
Bejibun tawaran cashback dari fintech untuk gunakan e-money. (CNN Indonesia/Harvey Darian).
Baik Go-pay, OVO maupun DANA menyakini masih banyak ruang untuk industri e-money bertumbuh. Harianto, misalnya mengungkap adopsi pembayaran non-tunai masih di bawah 10 persen. Sehingga lanskap pembayaran digital masih memiliki potensi yang besar.

"Menurut data dari Boston Consulting Group, prediksi populasi Middle-class and Affluent Customer Indonesia di 2020 sebesar 141 juta orang atau 64 persen dari total populasi Indonesia saat ini. Mereka adalah early adopter dari teknologi baru, di mana mereka sudah sangat terbiasa dengan transaksi yang bersifat online. Menurut kami, faktor inilah yang mengakibatkan cepatnya perkembangan fintech di Indonesia," papar Harianto.

Ia melanjutkan saat ini platform mereka memiliki pertumbuhan nilai transaksi sebesar 55 persen selama 2019 dan memproses 1 miliar transaksi dalam satu tahun secara real-time dengan peningkatan jumlah transaksi lebih dari 70 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Chrisma menilai dengan banyaknya pemain e-money justru akan semakin bagus untuk industri digital payment di Indonesia.

"Makin banyak pemain makin bagus, justru akan semakin teredukasi. Pasar Indonesia masih sangat luas," ujarnya.

DANA sendiri saat ini tercatat memiliki 30 juta pengguna. Menurut data Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech), ada 61 penyedia layanan digital payment. Jika dirinci berdasarkan fungsinya, iPrice mengungkap ada 10 e-money yang tercatat di Indonesia.

Dengan banyaknya pemain, Peneliti LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Febrio Kacaribu menilai pemain e-money di Indonesia idealnya berjumlah dua hingga tiga pemain saja. Ia bilang konsolidasi di antara pemain yang kecil itu wajar agar bisa bersaing dengan pemain besar.

"Konsolidasi itu sudah terjadi di China dalam kurun waktu 10 tahun. Sekarang, tinggal tersisa Alipay dan WeChat Pay yang menguasai pangsa pasar dompet digital China," ujarnya saat workshop fintech (18/12) lalu.

Febrio menekankan pemain kecil penting melakukan konsolidasi dan menyisakan dua hingga tiga pemain, agar 'cara bermain' e-money bisa wajar dan tidak harus membakar uang dengan promo cashback.

"Pemain di bawah, jika tidak bisa jadi tiga besar. Tidak ada alasan untuk hidup," tandasnya.

Di China, misalnya dalam kurun waktu satu dekade, dari e-money yang banyak pemain. Akhirnya mulai susut dan didominasi oleh Alipay dan WeChat. Sehingga, di pasar China persaingan yang terjadi tidak perlu berlomba cashback.

Pasar uang elektronik pun lebih matang. Makanya, ia menyarankan Indonesia belajar dari strategi e-money Negeri Tirai Bambu tersebut, sehingga tidak kalah saing dengan e-money asing yang akan masuk ke Indonesia. (bir)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER