Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Ketenagakerjaan
Ida Fauziyah menilai
pelatihan kerja oleh
perusahaan untuk pengembangan karyawan masih minim.
Ida mengungkapkan berdasarkan survei World Bank Enterprises, kurang dari 10 persen perusahaan di Indonesia memberikan pelatihan formal.
Angka tersebut masih di bawah dari persentase perusahaan yang aktif mengerek kompetensi pegawai di negara tetangga. Misalnya, Vietnam 20 persen, Filipina (60 persen), dan Tiongkok (80 persen).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Investasi pada pengembangan SDM khususnya bidang pelatihan penting kita formulasikan bersama untuk mewujudkan SDM Unggul Indonesia Maju sebagaimana harapan Presiden Joko Widodo (Jokowi)," ujar Ida dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (7/2).
Menurut Ida, minimnya pelatihan karyawan oleh perusahaan disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya biaya rekrutmen pegawai yang tinggi, penggunaan biro jasa untuk merekrut, pesangon yang memberatkan, hingga upah minimum yang belum sejalan dengan produktivitas pekerja
"Sehingga
cost (pembiayaan) SDM di perusahaan banyak habis untuk memfasilitasi hal-hal di luar pelatihan," tuturnya.
Ida memahami dunia usaha berupaya untuk mencari untung. Tanpa keuntungan yang jelas, perusahaan tidak akan mau berinvestasi kepada hal-hal jangka menengah dan panjang seperti SDM.
Investasi pada SDM lebih kerap dilakukan oleh perusahaan besar karena skala ekonomi besar yang cenderung menghasilkan untung lebih besar.
[Gambas:Video CNN]Karenanya, Ida berharap perusahaan berpartisipasi aktif dalam program pemerintah terkait pengembangan SDM salah satunya program Kartu Prakerja dengan menyediakan lowongan kerja dan pemagangan, serta terlibat menjadi
training center.
Kemudian, Program BLK Komunitas dan menggunakan Sistem Informasi Ketenagakerjaan (Sisnaker) dalam seluruh urusan ketenagakerjaan.
(sfr/age)