Jumlah Debitur Risiko Tinggi di Indonesia Menurun

CNN Indonesia
Kamis, 05 Mar 2020 03:56 WIB
Pefindo mencatat debitur dengan profil risiko tinggi di Indonesia turun pada 2019.
Pefindo mencatat debitur dengan profil risiko tinggi di Indonesia turun pada 2019. (cnnindonesia/safirmakki)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pemeringkat Efek Indonesia Biro Kredit (Pefindo) mengungkapkan debitur dengan profil risiko tinggi di Indonesia menurun pada 2019.

Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohanes Arts Abimanyu mengatakan kondisi tersebut menunjukkan jika kepatuhan dan kedisiplinan masyarakat membayar tagihan membaik.

"Terjadi pergeseran dari kelompok D (risiko tinggi) dan kategori E (risiko sangat tinggi) ke kelompok A (risiko sangat rendah), B (risiko rendah), dan C (risiko medium). Artinya, sangat positif. Perilaku masyarakat membayar kredit makin baik dan disiplin," katanya, Rabu (4/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data Pefindo Biro Kredit mengungkap debitur dalam kategori D dan kategori E sebesar 41,34 persen pada 2019, turun dari 42 persen di 2018. Dua kelompok tersebut mewakili debitur risiko tinggi.

Rinciannya, kelompok D sebesar 12,38 persen di 2018 menjadi 12,19 persen di 2019. Lalu, kelompok E sebesar 29,62 persen ke 29,15 persen.

Lalu, persentase kelompok A,B, dan C sebesar 58 persen menjadi 58,67 persen. Rinciannya, kategori A dari 13,26 persen menjadi 15,05 persen, kategori B 26,74 persen menjadi 30,34 persen, dan kategori C 18 persen menjadi 13,28 persen.

Karenanya, ia memprediksi rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tahun ini membaik dibandingkan tahun lalu. Namun, ia belum memperhitungkan proyeksi angka NPL.
Pada 2019, tren NPL lembaga jasa keuangan cenderung membaik ke posisi 2,82 persen pada Desember 2019, dari sebelumnya 2,78 persen di Desember 2018.

"Asumsi NPL membaik paling tidak stabil di level yang sama saat ini," ucapnya.

Akan tetapi, ia tidak menampik terdapat tantangan kredit pada 2020, meliputi potensi pelemahan konsumsi masyarakat, dampak investasi asing yang rendah, defisit neraca perdagangan, dan perlambatan ekonomi global. Penyaluran kredit, kata dia, juga menghadapi tantangan dari penyebaran virus corona.

Oleh sebab itu, ia tetap mengimbau lembaga jasa keuangan untuk melakukan mitigasi risiko kredit.

"Kami sendiri belum melihat dampak virus corona kepada kredit, kami belum melihat terbukti seperti apa, apakah mempengaruhi signifikan tidak ke profil debitur," ucapnya.

Untuk diketahui, Pefindo Biro Kredit melakukan perhitungan profil debitur dari bank umum, Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dab perusahaan pembiayaan.

[Gambas:Video CNN]


(ulf/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER