Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan
Sri Mulyani memproyeksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (
APBN) 2020 tak lebih dari 5 persen. Ini karena pemerintah hanya memiliki sisa waktu sekitar 8 bulan untuk menggelontorkan belanja sekaligus penanggulangan
virus corona.
"Estimasi saya hanya 4 persen-5 persen. Ini tinggal 8 bulan, kemampuan menyerap pasti terbatas," ucap Sri Mulyani dalam
video confrence, Rabu (1/4).
Untuk itu, ia memastikan tingkat defisit tak akan melonjak terlalu tinggi sekalipun pemerintah harus banyak mengucurkan dana demi memerangi virus corona di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Defisit tidak akan lari ke mana-mana terlalu jauh," tegas Sri Mulyani.
Ia mengakui memang sulit mempertahankan defisit di bawah 3 persen di tengah situasi sulit seperti sekarang. Pasalnya, pemerintah harus memutar otak menjaga ekonomi dengan mengucurkan banyak stimulus ketika ekonomi bergejolak karena virus corona.
"Penerimaan kami kan juga turun karena banyak diskon pajak demi menjaga industri tidak jatuh karena virus corona, tapi belanja tetap harus dikeluarkan," jelas Sri Mulyani.
Kendati begitu, ia menyatakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan agar defisit yang di atas 3 persen ini tidak berlangsung lebih dari tiga tahun. Artinya, defisit harus kembali di bawah 3 persen pada 2023 mendatang.
"Kami percaya tidak akan lebih dari 5 persen dan harus terus menerus turun, sehingga 2023 itu defisit kembali normal," ujar Sri Mulyani.
Diketahui, Jokowi telah meneken peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) sebagai payung hukum relaksasi defisit APBN tahun ini. Dalam perppu tersebut, defisit APBN 2020 diproyeksi mencapai 5,07 persen.
Tolok Ukur InvestorSementara, Analis Senior Sovereign Risk Group Moody's Investors Service Anushka Shah mengatakan upaya pemerintah untuk mengembalikan defisit fiskal untuk di bawah 3 persen pada 2023 akan menjadi tolak ukur mendapatkan kepercayaan dari investor.
"Persetujuan parlemen baru-baru ini untuk menaikkan plafon akan menghasilkan ekspansi defisit anggaran menjadi 5 persen dari PDB memungkinkan ada ruang fiskal yang lebih besar," kata Shah dalam risetnya.
Dengan ruang fiskal yang lebar, maka pemerintah memiliki kelonggaran untuk memberikan stimulus ekonomi lebih banyak untuk membantu arus kas perusahaan dan konsumsi masyarakat yang terdampak karena virus corona.
[Gambas:Video CNN] (aud/asa)