Ekonom Nilai Uang Rp200 Ribu di Kartu Sembako Kurang

CNN Indonesia
Kamis, 09 Apr 2020 06:30 WIB
Indef mencatat manfaat kartu sembako yang sebesar Rp200 ribu hanya setara 15,94 persen pengeluaran makanan bagi keluarga miskin.
Ekonom menilai bantuan sembako murah untuk menolong orang miskin dari tekanan virus corona masih kurang. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma).
Jakarta, CNN Indonesia -- Institute for Development on Economic and Finance (Indef) berpendapat manfaat kartu sembako murah yang sudah dinaikkan pemerintah dari Rp150 ribu menjadi Rp200 ribu demi virus corona masih kurang bagi keluarga miskin dan rentan miskin. Pasalnya, nominal bantuan itu masih jauh dari rata-rata pengeluaran warga di kelas menengah ke bawah.

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menyatakan manfaat kartu sembako yang sebesar Rp200 ribu hanya setara 15,94 persen pengeluaran makanan bagi keluarga miskin. Sementara, untuk keluarga hampir miskin, angka Rp200 ribu setara dengan 11,32 persen dari total pengeluaran untuk membeli makan.

"Bantuan ini sangat kurang sekali. Apabila keluarga miskin atau rentan miskin tidak memiliki penghasilan sama sekali dalam kurun waktu satu sampai tiga bulan, maka ada bahaya kelaparan," ungkap Tauhid dalam video conference, Rabu (8/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, seharusnya pemerintah menaikkan lagi nominal manfaat bagi penerima kartu sembako. Setidaknya, kata Tauhid, jumlahnya bisa setara 25 persen-30 persen dari total pengeluaran keluarga miskin dan rentan miskin untuk membeli makan.

Di samping itu, Tauhid juga menyoroti jumlah penerima kartu sembako yang dinaikkan dari 15,2 juta menjadi 20 juta keluarga. Meski sudah ditambah, tapi masih ada 4,8 juta keluarga miskin dan rentan miskin yang belum masuk dalam daftar penerima kartu sembako.

Tak hanya dari sisi nominal, ia juga menyebut jumlah e-warong untuk membelanjakan bantuan tersebut masih kurang. Dengan penambahan penerima manfaat, maka dibutuhkan sekitar 128.983 e-warong agar seluruh penerima kartu sembako bisa menukarnya dengan bahan pangan.

"Namun saat ini hanya ada 98.311 e-warong, sehingga masih dibutuhkan 30.672 e-warong lagi. Perlu akses yang merata dari sisi supplier, layanan perbankan, dan sebarannya," terang Tauhid.

[Gambas:Video CNN]
Keterbatasan Produksi dan Distribusi

Di sisi lain, Peneliti Center for Food, Energy and Sustainable Development INDEF Dhenny Yuartha Junifta menyatakan penyebaran virus corona akan membuat produksi pertanian lebih terbatas dari sebelumnya. Ini karena pemerintah menyarankan agar warga lebih banyak berdiam di rumah atau membatasi kegiatan di ruang publik.

"Ada tantangan dalam memproduksi dan menambah tantangan berikutnya," tutur Dhenny.

Menurut dia, penyebaran virus corona akan membuat jumlah tenaga kerja di sektor pertanian menurun. Apalagi, jika suatu daerah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

"Ketika kasus virus corona ini, buruh-buruh pertanian yang akan memanen produk pertaniannya akan terhambat karena pembatasan-pembatasan yang dilakukan. Maksudnya mengurangi kegiatan di luar untuk mengurangi risiko tertular," papar Dhenny.

Bukan hanya keterbatasan produksi, tapi penyebaran virus corona dan PSBB juga akan membuat distribusi terbatas. Dhenny mencontohkan jika Pulau Jawa melakukan PSBB, maka ketersediaan bahan pangan di wilayah lain yang terbiasa menerima pasokan bahan pangan dari Pulau Jawa akan berkurang.

"Misalnya Jawa Barat dan Jawa Timur serentak melakukan PSBB, maka pasokan untuk daerah tetangganya nanti dari mana," ujar Dhenny.

Hal ini akan membuat masing-masing daerah justru menahan hasil produksi pertanian untuk wilayahnya sendiri. Dengan demikian, pasokan bahan pangan di beberapa daerah akan menipis.

"Masing-masing daerah mengamankan produksinya untuk provinsinya masing-masing. Ini jadi tantangan dan perlu menjadi perhatian pemerintah," jelas dia.

Ia meminta pemerintah pusat membuat strategi khusus sebelum PSBB diterapkan di banyak daerah. Sejauh ini, PSBB baru dilakukan di DKI Jakarta.

(ulf/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER