Jakarta, CNN Indonesia -- Pengusaha asal
Inggris Sir Richard Branson menjaminkan pulau pribadi miliknya untuk menyelamatkan maskapai penerbangan
Virgin Atlantic dan Virgin Australia yang terancam bangkrut di tengah pandemi
virus corona.
Namun, miliarder yang merupakan pendiri Virgin Group pada 1970-an itu mengaku membutuhkan bantuan Pemerintah Inggris dan Australia untuk terus berjalan menghadapi situasi yang tidak menentu, termasuk lama waktu larangan terbang dari berbagai negara.
Dalam surat terbuka kepada karyawannya, Branson mengatakan virgin Atlantic dan Virgin Australia sangat dibutuhkan untuk menjaga persaingan dengan British Airways dan Qantas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika Virgin Australia hilang, Qantas akan memonopoli langit Australia," tulis Branson.
Branson, yang telah menyuntikkan dana US$250 juta atau sekitar Rp3,9 triliun, menyatakan bakal menawarkan Pulau Necker di Karibia sebagai jaminan untuk menarik dana dan menyelamatkan sebanyak mungkin pekerjaan di Virgin Group.
Tanpa memberi rincian jumlah dana yang dibutuhkan, Branson juga mengatakan Virgin Atlantic akan mencari pinjaman komersial dari Pemerintah Inggris.
"Krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya ini membuat maskapai penerbangan di seluruh dunia membutuhkan dukungan pemerintah. Tanpa itu tidak akan ada kompetisi yang tersisa dan ratusan ribu pekerjaan akan hilang bersama dengan konektivitas dan nilai ekonomi yang besar," katanya dikutip dari
CNN.com, Selasa (21/4).
Virgin Atlantic telah memangkas sekitar 38.000 staf dan mengandalkan pemerintah untuk membayar 80 persen upah karyawan.
Larangan perjalanan dan
lockdown di banyak negara membuat penerbangan global tak bisa berkutik. Puluhan maskapai tidak membayar pekerja. Asosiasi Transportasi Udara Internasional mengatakan pendapatan maskapai penumpang merosot senilai US$314 miliar atau senilai Rp4,9 triliun.
Juru bicara Virgin Atlantic mengatakan maskapai sedang mengeksplorasi semua opsi yang tersedia untuk mendapat dana tambahan eksternal. Maskapai juga menolak mengomentari laporan
Financial Times yang menyebut mereka mengajukan kembali proposal untuk pinjaman menghadapi virus corona senilai 500 juta poundsterling atau Rp9,6 triliun.
Virgin Group yang mempekerjakan 70.000 orang di 35 negara juga mengalami pukulan berat di bisnis hotel dan kapal pesiar.
"Tantangannya sekarang adalah tidak ada uang yang masuk dan banyak yang keluar," ujar Branson.
Branson sebelumnya dikritik karena mencari bantuan dari pemerintah. Padahal, ia tidak membayar pajak pendapatan kepada Pemerintah Inggris karena tempat tinggal utamanya di Pulau Necker, yang dibelinya pada 1979.
Pengusaha yang juga penulis itu menanggapi kritik tersebut dalam suratnya dengan mengatakan ia dan istrinya tidak meninggalkan Inggris atas alasan pajak melainkan karena cinta kepada Kepulauan British Virgin yang indah. Branson juga menjelaskan perusahaan-perusahaan Virgin di Inggris tetap membayar pajak.
(nva/bir)