Jakarta, CNN Indonesia -- Rudi Rubiandini,
eks wakil menteri
ESDM era Presiden ke-6 SBY, menyebutkan anjloknya
harga minyak mentah dunia seharusnya berdampak pada penurunan harga Bahan Bakar Minyak (
BBM) di Indonesia.
Menurut perhitungannya, harga BBM seharusnya turun dari rata-rata Rp9.000 menjadi Rp7.100 per liter pada Mei 2020, dan Rp5.650 per liter pada Juni 2020.
"Mulai 1 Mei ini, seharusnya Pertamina, Total, Shell, dan badan usaha lainnya seharusnya jual (BBM) sekitar Rp7.100 dan pada Juni nanti jadi Rp5.650 per liter," ujarnya dalam diskusi
Energy Academy Indonesia, Senin (27/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rudi menjelaskan proyeksi penurunan harga BBM ini berasal dari pertimbangan harga minyak mentah dunia yang jatuh dari kisaran US$60 per barel menjadi US$20 per barel. Kemudian, juga berasal dari pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung stabil sekitar Rp15.500 per dolar AS pada beberapa hari terakhir.
Kemudian, kedua indikator itu dimasukkan ke formula perhitungan BBM yang terakhir kali diubah oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Aturan itu berupa Keputusan Menteri ESDM Nomor 62 Tahun 2020 tentang Formula Harga Pasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Bensin dan Solar yang Disalurkan Melalui SPBU dan/atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
"Di aturan ini, waktu penentuan parameter bulan berjalan adalah dua bulan sebelumnya," jelasnya.
Dalam aturan itu, BBM dengan RON kurang dari 95 ditentukan berdasarkan perkiraan rata-rata harga minyak produksi Singapura (Mid Oil Platt's Singapore/MOPS) ditambah margin Rp1.800 dan margin 10 persen. Sementara untuk BB dengan RON 95 atau lebih, formulanya MOPS ditambah margin Rp2.000 ditambah 10 persen.
Dari formula tersebut, maka harga BBM akan berada di kisaran Rp7.100 per liter pada Mei 2020 atas perhitungan kondisi harga minyak mentah pada Maret 2020.
Sedangkan, atas penurunan harga minyak mentah pada April 2020, hasilnya akan membuat harga BBM turun ke Rp5.650 per liter pada Juni 2020.
"Jadi (penyesuaian harga BBM di Indonesia) dua bulan delay (setelah penurunan harga minyak mentah dunia)," ungkapnya.
Menurut Rudi, dampak penurunan harga BBM di Indonesia merupakan yang terlama dari penurunan harga minyak mentah dunia bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Mereka rata-rata akan melakukan penyesuaian sekitar sebulan setelah ada perubahan harga minyak mentah dunia.
"Negara-negara lain bahkan pakai delay dua pekan (dari perubahan harga minyak mentah dunia), Malaysia lebih cepat, karena acuannya satu pekan. Jadi, perlu bersabar menunggu harga jadi Rp7.000 dan Rp5.000-an," katanya.
Sebagai gambaran, harga BBM untuk RON 97 di Malaysia sekitar 1,55 ringgit Malaysia atau setara Rp5.425 per liter (asumsi Rp3.500 per ringgit Malaysia). Kemudian, BBM RON 95 sebesar 1,25 ringgit Malaysia atau Rp4.375 per liter dan diesel 1,4 ringgit Malaysia atau Rp4.900 per liter.
Sementara di dalam negeri, Pertamina menjual BBM RON 90 (Pertalite) Rp7.650 per liter, BBM RON 92 (Pertamax) Rp9.000 per liter, dan BBM RON 98 (Pertamax Turbo) Rp9.850 per liter. Lalu, BBM RON 88 (Premium) Rp6.450 per liter, Dexliter Rp9.500 per liter, dan Pertamina Dex Rp10.200 per liter.
Sedangkan rata-rata harga BBM di kawasan Asia Tenggara, yaitu Singapura US$1,39 per liter, Laos US$1,08, Filipina US$,079, Thailand US$0,78, dan Kamboja US$0,67. Selanjutnya, Indonesia US$0,58, Vietnam US$0,51, Myanmar US$0,44, Malaysia US$0,28 per liter.
[Gambas:Video CNN] (uli/bir)