OPEC+ Percepat Pangkas Produksi, Harga Minyak Dunia Menguat

CNN Indonesia
Jumat, 24 Apr 2020 07:44 WIB
Area tanki LPG (spherical tank) di kilang unit pengelohan (Refinery Unit) V Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis, 14 April 2016. Kilang RU V merupakan kilang Pertamina terbesar ke-2 di Indonesia dengan kapasitas 260 ribu barel per hari yang dihasilkan dari kilang Balikpapan 1 dan 2. Jumlah tersebut akan ditingkatkan menjadi 360 ribu barel per hari melalui program Refinery Development Master Plan. Kilang RU V memproduksi premium, pertamax, avtur, kerosene, pertadex, LPG, smooth fluid 05, dan laws 05 yang didistribusikan ke Pangkalan Bun, Sampit, Pulau Pisau, Kendari, Bau, Gorontalo, Benoa, Biak dan Ambon.  Dua puluh enam persen dari produksi BBM Pertamina dihasilkan dari RU V Balikpapan sebagai salah satu dari 126 Obvitnas di Indonesia. CNN Indonesia/Safir Makki
OPEC sepakat mempercepat pemangkasan produksi minyak mentah. Akibatnya, tren harga mulai bangkit, setelah terpuruk dalam pekan ini. Ilustrasi kilang minyak. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Kamis (23/4) waktu AS. Kenaikan harga minyak ditopang rencana percepatan pemotongan produksi minyak oleh negara-negara penghasil minyak utama, OPEC.

Mengutip Antara, Jumat (24/4), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni naik 96 sen atau 4,7 persen ke posisi US$21,33 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni bertambah US$2,72 atau 19,7 persen ke US$16,50 per barel.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia atau dikenal sebagai OPEC+, sepakat memangkas produksi 9,7 juta barel per hari mulai bulan ini. Jumlah itu setara 10 persen dari pasokan global. Sebelumnya, kesepakatan itu berlaku mulai Mei.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kuwait mengatakan mulai mengurangi pasokan minyak ke pasar internasional mulai kemarin. Pemangkasan dilakukan lebih awal sebelum berlakunya kesepakatan, yakni pada 1 Mei mendatang.

Sedangkan, Rusia masih mencari opsi untuk mengurangi produksinya. Sebuah sumber menyebut, Rusia mungkin akan menggunakan produksi minyaknya sendiri.

Namun demikian, pemotongan produksi belum tentu cukup mengimbangi jatuhnya permintaan yang lemah.

Rystad Energy memangkas proyeksi permintaan minyak menjadi 89,2 juta barel per hari pada 2020. Proyeksi itu turun 10 persen dari 2019. Pekan lalu, konsultan energi itu meramalkan permintaan turun menjadi 90,3 juta barel per hari pada 2020.

Minyak mentah berhasil balik arah (rebound) setelah mengalami pekan yang penuh tekanan. Bahkan, minyak WTI untuk pengiriman Mei ditutup minus US$37,63 per barel pada awal pekan ini yang merupakan harga terburuk dalam sejarah. Sedangkan minyak Brent mencapai level terendah dua dekade pada Selasa (21/4).

Sejak awal tahun, harga dua jenis minyak acuan itu berkurang lebih dari dua pertiga. Kondisi ini disebabkan permintaan bahan bakar turun sekitar 30 persen di seluruh dunia akibat pandemi corona. Sementara, pasokannya melimpah ruah.

"Kami melihat reaksi nyata dari industri AS terhadap harga super rendah ini. (Reaksi) itu menciptakan beberapa tanda-tanda positif yang memungkinkan harga rebound sedikit," kata mitra di Hedge Fund Again Capital LLC di New York, John Kilduff.

[Gambas:Video CNN]

(ulf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER