Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar
rupiah berada di level Rp14.882 per
dolar AS pada Kamis (30/4). Posisi ini menguat 413 poin atau 2,7 persen dibanding Rabu (29/4) sore.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.157 per dolar AS atau menguat dari Rp15.415 per dolar AS pada Rabu (29/4).
Rupiah kembali memimpin penguatan mayoritas mata uang Asia dari dolar AS. Won Korea Selatan menguat 1,17 persen, ringgit Malaysia 0,99 persen, rupee India 0,76 persen, dan yuan China 0,32 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu baht Thailand menguat 0,18 persen, peso Filipina 0,17 persen, dan dolar Singapura 0,16 persen. Hanya dolar Hong Kong melemah yang 0,01 persen dan yen Jepang stagnan.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju. Mayoritas menguat dari mata uang Negeri Paman Sam.
Rubel Rusia menguat 0,43 persen, franc Swiss 0,2 persen, euro Eropa 0,02 persen, dolar Kanada 0,01 persen, dan poundsterling Inggris 0,01 persen. Hanya dolar Australia yang melemah 0,26 persen dari dolar AS.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan mata uang Garuda menguat tinggi dari dolar AS karena sentimen positif terhadap prospek ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020. Pelaku pasar memperkirakan ekonomi nasional masih positif di atas 4 persen pada tiga bulan pertama tahun ini karena belum terlalu terdampak pandemi virus corona atau Covid-19 seperti negara-negara lain.
Hal ini membuat pelaku pasar cenderung tertarik dengan Indonesia untuk menginvestasikan aset-aset berisikonya ke pasar keuangan dalam negeri. Apalagi, beberapa instrumen investasi ditawarkan dengan tingkat imbal hasil (
yield) yang lebih tinggi.
[Gambas:Video CNN]"Ini mendorong pelaku pasar berinvestasi ke aset-aset beresiko untuk mencari yield yang lebih tinggi termasuk ke Indonesia," kata Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Senada, Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah berhasil memimpin penguatan mata uang Asia karena gencarnya penjualan surat utang pada beberapa waktu terakhir. Hal ini membuat aliran investasi masuk ke dalam negeri dan mendukung penguatan rupiah.
"Pelaku pasar kembali percaya terhadap pasar dalam negeri sehingga wajar kalau arus modal asing kembali masuk begitu deras dan membawa mata uang Garuda kembali digdaya dan melampaui mata uang asing lainnya," katanya.
Ibrahim menambahkan dolar AS terpuruk karena keputusan bank sentral AS, The Federal Reserve menahan tingkat suku bunga tidak sesuai ekspektasi pasar. Begitu pula dengan data-data ekonomi di negara-negara terdampak parah pandemi virus corona atau Covid-19 yang cenderung terpuruk sepanjang kuartal I 2020.
Proyeksinya, ekonomi AS turun 4,8 persen. Begitu pula dengan negara-negara di kawasan Eropa, misalnya ekonomi Prancis diperkirakan turun 5,8 persen dan Spanyol turun 5,2 persen.
(uli/bir)