Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah pandemi Covid-19 yang mewabah di Indonesia, dua perusahaan dalam negeri PT Saribhakti Buni Agri dan PT Monde Mahkota Biskuit berhasil membukuka transaksi ekspor senilai USD75 ribu ke Uni Emirat Arab. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan apresiasi untuk kinerja positif tersebut.
Saat itu, PT Saribhakti Bumi Agri memasok tiga ton buah dan sayur segar, seperti jambu merah merah, jambu kristal, buah naga, lemon kuning, semangka, ubi murasaki, dan ubi cilembu. Importirnya adalah Elite Agro LLC, perusahaan berbasis di Abu Dhabi yang ditunjuk pemerintah UEA untuk mengimpor makanan dari Indonesia melalui jalur penerbangan khusus.
Sementara, PT Monde Mahkota Biskuit memasok 5.000 karton biskuit Wafer Nissin dengan total volume sebesar 24,5 ton ke Elite Agro LLC. Nilai keseluruhan ekspor kedua perusahaan ini mencapai USD75 ribu.
"Masa pandemi COVID-19 tidak menutup peluang ekspor produk Indonesia ke UEA. Beberapa eksportir tanah air sudah berhasil menangkap peluang ini," kata Agus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, "Hal ini merupakan bukti kuat bahwa Kementerian Perdagangan terus mencari peluang pasar ekspor di tengah kondisi sulit seperti sekarang. Covid-19 yang melanda dunia ini tentu perlu disiasati dengan penguatan gizi dan imunitas masyarakatnya. Buah-buahan dan sayuran adalah salah satu yang bisa meningkatkan gizi dan imun masyarakat. Karena itu permintaan buah dan sayur serta makanan olahan asal Indonesia banyak diminati di pasar dunia
khususnya UEA."
Plt. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN), Kasan memberi respons positif terkait potensi ekspor produk lokal itu. Ia berkata, Kemendag akan terus mendorong eksportir tanah air agar jeli menangkap peluang.
Selain itu, secara berkelanjutan Kemendag mengupayakan peningkatan daya saing produk lokal, di antaranya dengan melakukan pendekatan secara government to government dengan pemerintah UEA. Diharapkan kelak dapat dibuat perjanjian perdagangan untuk mengurangi beban bea masuk bagi produk ekspor Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala ITPC Dubai Heny Rusmiyati menjelaskan bahwa penjualan produk saat ini menurun, terutama untuk produk-produk yang tidak pokok. Hal itu disampaikan sendiri oleh para importir, dan disebut sebagai dampak dari kebijakan Pemerintah UEZ soal pembatasan gerak sejak diberlakukan sejak 5 April 2020.
"Otoritas Pemerintah UEA mewajibkan warganya untuk mengajukan permohonan izin secara daring jika hendak melakukan kegiatan di luar rumah," kata Heny.
Menurut Heny, keterbatasan tersebut tidak menutup pangsa pasar buah dan sayur, serta makanan olahan seperti selada romain, ubi jalar, green lime, mangga, manggis, rambutan, kelengkeng, markisa, sirsak, dan biskuit untuk masuk ke UEA. Ia menyebut, importir tetap berminat membeli berbagai produk potensial dari Indonesia.
Sejumlah produk-produk yang dibutuhkan konsumen UEA adalah produk makanan dan minuman olahan sereal, kopi instan, jus, perikanan segar dan beku, produk organik; serta produk kesehatan seperti masker, sarung tangan karet, hand sanitizer dan sabun cuci deterjen.
Heny menjelaskan, beberapa importir besar dalam negeri juga telah mendiskusikan peluang pasar di UEA, khususnya produk pangan dan perlengkapan medis, termasuk soal kendala yang dihadapi. Optimisme itu diperoleh berdasarkan pertemuan virtual ITPC Dubai bersama KJRI Dubai dengan beberapa importir besar pada pertengahan April lalu.
"Kami berharap hasil pertemuan dengan ITPC Dubai tersebut dapat menemukan solusi untuk menghilangkan hambatan ekspor yang ada. Sehingga Indonesia masih tetap dapat melakukan ekspor dan bahkan meningkatkan ekspornya ke UEA," ujar Kasan.
(rea)