Jakarta, CNN Indonesia --
Arab Saudi berkomitmen untuk mengurangi jumlah produksi
minyak mentah. Hal ini dilakukan demi membangkitkan lagi
harga minyak dunia yang amblas beberapa waktu terakhir.
Mengutip
CNN.com, Selasa (12/5), Arab Saudi mengumumkan akan mengurangi produksinya sebesar 1 juta barel per hari pada Juni 2020 mendatang. Dengan demikian, produksi harian Arab Saudi hanya sebesar 7,5 juta barel per hari atau turun 39 persen dari sebelumnya.
Jumlah pemotongan itu disebut-sebut lebih besar dibandingkan pemotongan produksi yang dilakukan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu, seperti Rusia atau OPEC+ pada April 2020 kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejumlah pihak menilai keputusan Arab Saudi untuk memotong produksinya pada Juni 2020 membuktikan bahwa ada tekanan luar biasa terhadap anggaran negara Timur Tengah akibat anjloknya harga minyak mentah dunia beberapa waktu terakhir.
"Mereka perlu mendapatkan harga yang lebih tinggi dan menstabilkan pasar minyak karena itu sumber dana mereka," terang Kepala Strategi Komoditas Global di RBC Capital Markets Helima Croft.
Menurutnya, Arab Saudi harus bisa mengerek harga minyak mentah dunia naik dua kali lipat demi menyelamatkan anggaran negara. Maklumlah, negara itu butuh biaya besar untuk kebutuhan sosial dan militer.
Sementara, salah satu pejabat di Kementerian Energi Arab Saudi berharap OPEC+ dan negara penghasil minyak lainnya untuk memotong produksi lebih banyak demi menaikkan harga minyak mentah dunia.
"Hanya beberapa minggu yang lalu, Arab Saudi membanjiri pasar dengan minyak. Sekarang mereka benar-benar berubah sikap," ucap Ahli Strategi Energi di Rabobank Ryan Fitzmaurice.
Sebagai informasi, minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik hampir 2 persen menjadi US$25,2 per barel pada Senin (11/5) kemarin. Angka itu masih jauh dari yang dibutuhkan Arab Saudi untuk menyeimbangkan anggaran negaranya.
[Gambas:Video CNN] (aud/bir)